Selasa, 21 Juli 2009

Berawal dari Membaca

Penulis yang baik, adalah pembaca yang baik. Kamu punya hobi
membaca? Berbahagialah. Karena syarat menjadi penulis salah satunya
adalah banyak membaca. Dengan membaca, kita jadi tahu segalanya. Hal
yang sebelumnya menjadi misteri, tapi setelah membaca, kita jadi ngeh.
Membaca akan membuka wawasan kita tentang segala hal. Menyenangkan
sekali memang. Waktu SD saja, saya senang betul bisa membaca buku-buku
pelajaran, buku cerita, komik, bahkan ‘nekat’ membaca koran. Dengan
semakin banyak membaca, semakin besar rasa ingin tahu kita. Nggak
mengherankan jika kemudian kita selalu ketagihan untuk membaca. Jadi,
silakan baca buku apa saja, selama kamu sanggup untuk membacanya.
Selama matamu masih melek (kalo tidur kan nggak bisa baca. Gubrak!)

Di Amerika, menurut Pak Ade Armando saat mengisi acara Lunching
MRI Permata beberapa tahun yang lalu, ia menyebutkan bahwa hampir
sejuta judul buku terbit tiap tahunnya. Itu menunjukkan bahwa minat
baca di sana sangat besar. Di Jepang juga sama, seorang teman pernah
memberi kabar, bahwa koran terbesar di sana, setiap hari bisa terbit
dengan jumlah oplah 4 kali lebih besar dari jumlah penduduk Jepang itu
sendiri. Apakah mereka mengkoleksi koran tersebut? Nggak tahu pasti.
Tapi keberanian penerbit untuk mencetak sebesar itu, adalah sebuah
prestasi sekaligus menaruh kepercayaan kepada masyarakat. Bahwa,
masyarakat di sana memang ‘gila’ baca.

Banyak
orang besar rata-rata hobi membaca dan mengakui manfaat membaca bagi
kemajuan karirnya. Sebut saja Theodore Roosevelt, ia bahkan sanggup
membaca tiga buku dalam sehari selama di Gedung Putih. John F. Kennedy
juga sama, bahkan ia disebutkan sanggup membaca 1000 kpm (kata per
menit). Bisa dibayangkan, berarti dalam satu jam bisa membaca 60 ribu
kata.

Melalui membaca, kita juga jadi tercerahkan. Apalagi
sekarang sudah maju banget teknologi mesin cetak, hingga informasi bisa
didapatkan dengan mudah sampe ke pelosok desa. Teknologi informasi yang
juga ikut membidani lahirnya internet semakin membantu masyarakat
mendapatkan informasi yang banyak. Inilah yang disebut sebagai ledakan
informasi. Hasilnya, ambil contoh di desa, para petani yang rajin
mendapatkan informasi, salah satunya dengan membaca, lebih maju dalam
menggarap sawahnya atau hasil kebunnya. Ia tak lagi menarik bajak
dengan menggunakan sapi atau kerbau. Sapi dan kerbau amat lamban. Ia
beralih ke mesin traktor. Membaca, memang bermanfaat banget.

Banyak
penulis besar, juga pasti berawal dari kebiasaannya membaca. JK
Rowling, penulis novel terkenal, Harry Potter, nggak mungkin bisa
mengekspresikan seluruh isi tulisannya jika tidak membaca sebelumnya,
sehingga ia menjadi tahu kapan menumpahkan rasa marah dalam sebuah
tulisannya, kapan menuliskan kekaguman, dan bagaimana caranya bisa
menggiring pembacanya supaya bisa memahami tulisannya. JK Rowling pun
konon kabarnya terinspirasi dari penulis besar sebelumnya. Kalo nggak
salah, karya-karya JRR Tolkien juga sempat menjadi bacaannya. Ernest
Hemingway bisa ngetop dengan novel-novelnya juga karena getol membaca.
Mantan Presiden Sukarno, juga terkenal rajin membaca. Itu sebabnya,
beliau bisa menuangkannya kembali dalam beberapa buku yang berhasil
ditulisnya.

Kalo kamu nggak cukup buku untuk dibaca, silakan
kunjungi perpustakaan. Atau paling banter datang ke toko buku. Meski
kamu nggak beli satu buku pun, kamu bisa membaca buku baru yang
dipajang tanpa segel. Silakan dibaca, siapa tahu ada informasi menarik
yang bisa kamu dapatkan. Menyenangkan sekali bukan? Saya punya
pengalaman menarik tapi sedikit memalukan. Hihihi.. nggak ding, bukan
memalukan, tapi nekatz. Begini ceritanya, saya jalan-jalan ke
toko buku. Ini memang sering juga saya lakukan untuk mencari informasi
terbaru. Kalo ada uang di kantong, dan buku menarik itu bandrolnya
nggak bikin kantong bolong, saya bisa beli langsung. Tapi waktu itu
benar-benar kepepet.

Setelah mikir-mikir, sayang juga kalo
kesempatan membaca buku itu hilang begitu saja. Akhirnya, dipicu oleh
saking pengennya dapat informasi dari buku menarik itu, dan kebetulan
buku yang dipajang itu tanpa segel, saya baca agak lama (tapi nggak
sampe lecek sih). Nah, begitu ada data menarik, dan saya harus
mendapatkannya, saya sempat bingung. Tapi kemudian dapat ‘ide nakal’.
Saya ambil pulpen dan blocknote yang selalu standby
di saku baju saja. Setelah celingukan sebentar, saya langsung menyalin
beberapa bagian penting dari buku menarik tersebut. Untung, sampe
selesai nyalin penjaga tokonya nggak nyamperin saya. Ya, seandainya
punya banyak uang, atau semua buku itu murah harganya, kayaknya menarik
juga untuk dikoleksi. Prinsip sederhananya sih: Nggak sempat baca
sekarang, kan masih bisa esok hari. Pokoknya banyak baca deh. Reading never ending kali ye? (bener nggak tuh gramatikanya? Halah!)

Terus
terang saja, saya sendiri bisa menulis buku, setelah banyak membaca.
Saya bahkan tidak bisa menuliskan satu kalimat pun saat belum ada
informasi tentang apa yang akan saya tulis. Membaca adalah kemungkinan
paling besar untuk mendapatkan informasi (selain mendengar tentunya).
Membaca memang akan memperkaya wawasan. Manfaatnya besar banget lho.
Jadi jika ingin jadi penulis, mulailah dengan membaca. Sebanyak
mungkin, bacaan apapun (fiksi dan nofiksi). Selamat mencoba.

Salam,




ADE.FIRMAN HARIYONO

Tidak ada komentar:

Posting Komentar