Sabtu, 21 November 2009

Dear my friends . . .

Tahukah anda kalau orang yang kelihatan begitu tegar hatinya, adalah orang yang sangat lemah Dan butuh pertolongan?

Tahukah anda kalau orang yang menghabiskan waktunya untuk melindungi orang lain adalah justru orang yang sangat butuh seseorang untuk melindunginya?

Tahukah anda kalau tiga hal yang paling sulit untuk diungkapkan adalah :
Aku cinta kamu, maaf Dan tolong aku..

Tahukah anda kalau orang yang suka berpakaian warna merah lebih yakin kepada dirinya sendiri?

Tahukah anda kalau orang yang suka berpakaian kuning adalah orang yang menikmati kecantikannya sendiri?

Tahukah anda kalau orang yang suka berpakaian hitam adalah orang yang ingin tidak diperhatikan Dan butuh bantuan Dan pengertian anda?

Tahukah anda kalau anda menolong seseorang, pertolongan tersebut dikembalikan dua kali lipat?

Tahukah anda bahwa lebih mudah mengatakan perasaan anda dalam tulisan dibandingkan mengatakan kepada seseorang secara langsung? Tapi tahukah anda bahwa hal tsb akan lebih bernilai saat anda mengatakannya dihadapan Orang tsb?

Tahukah anda kalau anda memohon sesuatu dengan keyakinan, keinginan anda tsb pasti dikabulkan?

Tahukah anda bahwa anda bisa mewujudkan impian anda, spt jatuh cinta, menjadi kaya, selalu sehat, jika anda memintanya dengan keyakinan, Dan jika anda benar2 tahu, anda akan terkejut dengan apa yang bisa anda lakukan.

Tapi jangan percaya semua yang saya katakan , sebelum anda mencobanya sendiri, jika anda tahu seseorang yang benar2 butuh sesuatu yg saya sebutkan diatas, Dan anda tahu anda bisa menolongnya, anda akan melihat bahwa pertolongan tsb akan dikembalikan dua kali lipat.

Hari ini, bola PERSAHABATAN Ada dilapangan anda, kirim ini kepada orang yang benar2 sahabat anda (termasuk saya jika saya juga sahabat). Juga, jangan merasa kecewa jika tidak Ada seseorang yang mengirimkannya kembali kepada anda, anda akan mengetahui bahwa anda akan tetap menjaga bola untuk orang lainnya ... Karena lebih baik memberi daripada menerima bukan ??? =)

Ok, inilah yang harus anda lakukan :

Kirim kepada SEMUA TEMAN anda!
Tapi anda harus MELAKUKANNYA dalam satu jam setelah membuka surat ini!

Sekarang BUAT 1 PERMINTAAN !!!
Buat sekarang, Ini kesempatan terakhir anda!!!
Saya harap anda telah membuat suatu permintaan, Sekarang kirim surat ini kepada:
1 orang : permintaan anda akan terwujud dalam satu tahun
3 orang : 6 bulan
5 orang : 3 bulan
6 orang : 1 bulan
7 orang : 2 minggu
8 orang : 1 minggu
9 orang : 5 Hari
10 orang : 3 Hari
12 orang : 2 Hari
15 orang : 1 Hari
20 orang : 3 jam

*** Jika anda hapus setelah membaca anda akan menghabiskan satu tahun tanpa keberuntungan!

Tapi, jika anda kirim kepada (paling tidak) dua teman anda akan memiliki 3 tahun penuh keberuntungan

Kamis, 19 November 2009

Satu hari CINTA & KAWAN berjalan dalam kampung... Tiba-tiba CINTA terjatuh dalam telaga.... Kenapa??

Kerana CINTA itu buta.. Lalu KAWAN pun ikut terjun dalam telaga... Kenapa??

Kerana... KAWAN akan buat apa sahaja demi CINTA !! Di dalam telaga CINTA hilang.... Kenapa??

Kerana... CINTA itu halus, mudah hilang kalau tak dijaga, sukar dicari apatah lagi dalam telaga yang gelap....Sedangkan KAWAN masih lagi tercari-cari dimana CINTA & terus menunggu.. Kenapa??



Kerana... KAWAN itu sejati & akan kekal sebagai KAWAN yang setia.... kan ?? so, hargai lah KAWAN kita selagi kita terasa dia BERERTI....


Walau kita punya couple, teman still paling setia..
Walau kita punya harta banyak, teman still paling berharga.

Kamis, 01 Oktober 2009

puisi

Udah lama ngga bikin puisi. Mungkin karena waktu merenung kian sedikit, tertelan oleh program Maple yang dari tadi belum kusentuh. Ah... kini tak ada lagi pertarungan keinginan, yang ada hanyalah penggenapan kewajiban.

Pertarungan itu kian mengganas
Menghisap udara
Memeras asa
Hingga sampai kebatas lara
Tak ada waktu untuk keluh
Karena aku menolak 'tuk merapuh

Bahagai

"Apakah kamu bahagia?" Ya, aku memiliki keluarga yang mendukung segala hal yang kulakukan, lingkungan yang menyenangkan, orang-orang baik, teman-teman, guru-guru yang lebih sering pusing memikirkan murid'ny, daripada murud'ny sendiri, segala hal yang kupikir cukup untuk meyakinkan diriku bahwa aku orang yang bahagia. Tapi entah kenapa aku tak berhasil mengenyahkan perasaan aneh yang belakangan ini menyergapku. Kekosongan, tanpa tahu apa itu kosong. Resah, tanpa tahu kenapa. Ritme hidup tampak tak banyak berubah. Masa aku harus melakukan perjalanan aneh lainnya. Mungkin cara itu akan kulakukan pada libur semester depan, mungkin..

Ada yang salah... aku tak tahu apa. Apa lagi-lagi aku sudah terjebak dalam sebuah ritme tanpa pemaknaan. Dunia yang tampak begitu monoton. Kehidupan yang tampak itu-itu saja. Entahlah...

Tukang Dongeng

Pernahkah kau mendengar dongeng tentang ksatria dan seorang putri? Kalaupun belum, setidaknya kau tentu pernah mendengar kisah mengenai Cinderella. Kisah seorang putri baik hati yang tertindas, kemudian karena bantuan ibu peri, ia bisa bertemu pangeran dan hidup bahagia selama-lamanya. Kau tahu kenapa kisah dongeng Cinderella menjadi cerita klasik? Kalau kuberitahu, mungkin kau akan menganggap ini sebuah dongeng baru lagi, karena kau tahu, rahasia keabadian sebuah dongeng adalah ketika kau membiarkan pikiranmu melayang-layang, berimajinasi lepas, dan membiarkan segala kemustahilan yang ada membuatmu menyunggingkan seulas senyum. Kau tidak perlu menjadi seorang ahli untuk melakukan itu, kau cukup membiarkan pikiranmu terbuka.

Hal itu pulalah yang terjadi ketika seseorang menceritakan sebuah kisah padaku. Mungkin sekarang kau tengah menebak-nebak kisah apa yang akan kusampaikan dari puluhan dongeng Hans Christian Andersen ataupun Disney, tapi kali ini aku terpaksa mengecewakanmu, karena kisah ini tidak bercerita mengenai sepasang anak yang menemukan rumah terbuat dari kue ataupun seorang putri yang terperangkap bersama sosok buruk rupa, namun kisah ini dimulai dengan sebuah teori, teori fisika.

Kau mungkin akan menganggap cerita ini membosankan. Awalnya aku juga menduga kisah ini akan membosankan. Namun ajaibnya, ketika pendongeng itu mulai mengisahkan cerita mengenai hukum Newton dan Kuantum, aku mulai larut dalam antusiasmenya. Wajahnya tampak seperti pendongeng yang mengisi masa kecilku. Raut berubah-ubah sesuai dengan alur cerita yang dibawakan, ditambah kedua tangannya yang terkadang ikut bergoyang-goyang tanpa sadar. Kau mungkin heran, mana ada dongeng seperti itu?

Mungkin kau betul, mungkin memang tak ada dongeng seperti itu. Tapi kau mungkin akan percaya jika aku katakan hal ini. Ia berkata teori Newton yang aku peroleh selama ini sebenarnya hanya sebuah pendekatan, serta tidak merefleksikan apa yang terjadi sesungguhnya. Hal ini terungkap ketika ditemukannya fisika modern, terutama mengenai kuantum yang mampu menjelaskan aksi-reaksi.

Nah, sekarang kau kaget bukan? Mana yang kau percayai, ilmu yang telah kau pelajari selama bertahun-tahun dan masih diajarkan sampai sekarang, atau sebuah cerita yang disampaikan oleh orang yang baru pertama kali kau temui. Tentu saja, ketika ia menyampaikan cerita itu pada beberapa orang yang mendengarkannya dengan terkagum-kagum, ia tidak mengaku bahwa ia seorang pendongeng. Kau mungkin bisa menduga-duga sebabnya. Aku sendiri berpikir jika seseorang mengakui dirinya sebagai pendongeng, maka tak akan ada yang mempercayainya. Tidak percaya? Sungguh aku tidak mengada-ada, coba saja kau tonton sebuah dongeng klasik, pasti kata-kata pembukanya dimulai dengan pada suatu waktu, disebuah kota dan seterusnya. Tak ada yang suka mengacaukan kejutan-kejutan di tengah cerita yang mungkin kau anggap tidak masuk akal. Karena itu aku paham ketika orang yang menceritakan kisah itu tak mau mengakui identitas aslinya.

Sayangnya, kisah dongeng itu tidak berakhir sampai disana. Aku menemukan kemiripin kisahnya ketika membaca sedikit mengenai teori kuantum. Mirip.. meski tentu saja, dengan ilmuku yang sangat sedikit dan ketidaktekunanku memahami sebuah teks, aku bisa berkata bahwa bisa saja kemiripan itu dipengaruhi pikiranku yang sudah terpengaruh kisah sang pendongeng. Tapi tetap saja kemiripan itu tak bisa kuenyahkan dengan mudah. Pikiran bahwa selama ini Newton diajarkan pada murid-murid SMP dengan alasan lebih sederhana dibandingkan teori kuantum, dan cukup memadai hingga akurasi tertentu meski bukan refleksi dari keadaan sesungguhnya cukup mengganggu. Bukan dalam artian bahwa aku menolak untuk belajar berbagai teori sebagai sebuah pembelajaran, namun lebih karena ternyata apa yang aku dapatkan di bangku sekolah tak lebih dari sebuah dongeng yang kebenarannya masih bisa digugat.

Misalnya untuk menghitung massa sebuah benda, aku menggunakan suatu formulasi yang telah ditetapkan. Dan ketika aku dikonfrontasi dengan sebuah ‘kebenaran’ baru, aku tidak tahu dasar yang harus aku pakai. Persis seperti kuliah analisis riil, ketika kami harus mulai mengkonstruksi barisan bilangan dari angka nol dan satu. Lalu mana yang bisa kusebut sebagai dongeng, dan mana yang riil? Apakah kau bisa membantu, atau jangan-jangan kau menganggapku sebagai seorang pendongeng juga?!

NB: Untuk orang-orang yang suka menceritakan hal-hal sophisticated, koq mirip dongeng ya?Ternyata batasan antara dongeng dengan fakta yang disampaikan kepada seseorang berbeda maqom(intelektual, ideologi, dll) sangat tipis. Malah bisa terjadi doktrinasi berkedok ilmiah, hanya karena lawan bicaranya kalah argumen(ketimpangan ilmu).

posted by ariani at 2:53 PM

Harapan, Kesadaran, dan Cita-cita

Kotak itu aneh. Keindahan dan keburukkan pada saat yang bersamaan. Kegelapan sekaligus cahaya, baik dan buruk. Hal-hal bertentangan yang dapat dirasakan hanya dengan mendekati kotak itu. Pandora teringat pesan untuk tidak membuka kotak itu. Ia biasa untuk patuh, tapi untuk kali ini semacam ada kekuatan lain diluar dirinya yang menyuruhnya untuk membuka kotak. Perasaan tidak tertahan, yang ia sendiri heran dari mana datangnya. Dengan perlahan disentuhnya kotak itu. Perasaan bersalah menjalar keseluruh tubuhnya, disaat yang sama ia juga merasakan gairah yang tak tertahankan. Perlahan namun pasti dibukanya tutup kotak itu. Dari balik tutup melesatlah cahaya-cahaya dengan berbagai bentuk yang belum pernah disaksikan Pandora. Keindahan, yang herannya malah membuat Pandora merinding karena takut. Perasaan itu sedikit teredam setelah kemunculan cahaya terakhir, kalau masih bisa disebut demikian, karena meski ia juga berpendar, sinarnya temaram.

Apa yang telah kulakukan, pikir Pandora takut. Cahaya-cahaya itu melesat kesegala penjuru bumi seperti kembang api. Sejak saat itu kehidupan manusia tidak pernah sama lagi. Keindahan cahaya yang mereka lihat membuat manusia seolah bangun dari sebuah tidur panjang. Kehidupan yang bagai lukisan, dari satu frasa ke frasa yang terjadi secara berulang-ulang, terus-menerus seolah tak ada ujung. Cahaya itu menyadarkan mereka akan sesuatu yang lebih, tentang persaingan, emosi dan juga keinginan-keinginan yang tak pernah terpikirkan sebelumnya. Iri, marah, obsesi, membuat tatanan hidup mereka menjadi dinamis sekaligus kacau. Pandora hanya bisa berharap pada cahaya yang terakhir, yang ia sebut sebagai cahaya harapan. Bentuknya memang tak seindah cahaya-cahaya lain, namun dengan bentuknya itu ia berharap manusia dapat menemukan kesejatian dibalik penampilan fisik.

Saya sering bertanya-tanya kenapa dongeng Yunani tersebut hanya menyisakan satu buah kebaikan, yaitu harapan. Belakangan saya mengartikan segala hal yang disebut kejahatan dalam kisah Pandora tak sepenuhnya buruk, hanya salah penggunaan saja. Emosi yang hadir dalam kemarahan, atau ambisi jika diletakkan dalam kerangka yang tepat, bisa membuahkan hasil yang menakjubkan, melebihi segala hal yang dilakukan dalam kerangka rutinitas. Kesadaran inilah yang menjadikan manusia sebagai makhluk unik, karena melakukan segala sesuatunya dalam koridor kesadaran, dan alasan itu yang menyebabkan manusia dimintai pertanggungjawaban atas segala hal yang dilakukannya.

Saya sering berpikir-pikir, apa harapan saya yang terbesar? Pertanyaan yang belakangan ini mulai saya pikirkan dengan baik-baik, karena berapa tahun belakangan ini saya membiarkan hidup mengalir bagaikan air. Tanpa tahu hendak mengarah kemana, ataupun melalui apa saja. Dengan konsep menerima segala hal, dan berpikiran positif, saya pikir tak ada salahnya. Apalagi dengan cara itu, saya tidak akan tertimpa apa yang namanya stress, frustasi, atau hal-hal yang disebabkan kecewa akibat target yang tidak tercapai. Pandangan itu saya dasari dari prinsip kemerdekaan tertinggi, saat saya bisa bebas dari segala keinginan. Tapi kemudiaan, di penghujung tingkat 4 yang normalnya menjadi akhir dari status saya sebagai mahasiswa, saya mulai mempertimbangkan kembali jalan hidup yang hendak saya pilih. Saya susuri lagi jalan kenangan sampai menemukan sesuatu yang mungkin bisa disebut dengan cita-cita.

Dalam jalan kenangan itu, saya terakhir memiliki cita-cita ketika duduk di bangku SMP. Saya tidak yakin apa yang menyebabkan cita-cita terputus begitu saja. Saya seringkali mencari jawaban pada orang-orang yang dekat saya. Ketika saya bertanya pada ibu apa cita-cita beliau, jawabannya dari dulu masih sama, “Menjadi pemenang Nobel.” Karena sosok ibu merupakan orang yang paling dekat dengan kehidupan saya, maka waktu kecil saya juga bercita-cita menjadi pemenang Nobel. Perlahan, cita-cita itu bergeser kesana kemari sesuai tren. Tapi seingat saya, tak pernah ada profesi spesifik. Hanya sebuah keberhasilan tanpa profesi tertentu ataupun keadaan sehari-hari ketika besar nanti. Salah satu yang paling sering terlontar adalah menjadi seorang peneliti yang bisa keliling dunia. Mungkin ini juga terpengaruh oleh ibu saya, yang meski jalurnya sudah jauh dari peneliti, namun keingintahuannya masih sangat besar. Dan karena telah menyandang predikat ibu, kecintaannya pada ilmu pengetahuan disalurkan dengan membiasakan anak-anaknya untuk membaca.

Ketika, zaman-zaman SD-SMP, ibu membeli beberapa jenis ensiklopedi. Bahkan ada beberapa buku terbitan Life yang tertera tahun 1982, bahkan sebelum saya lahir(dan kakak baru lahir). Ketika saya tanya, apakah ibu sudah sempat membaca semuanya, ibu saya menjawab belum, maksud belinya juga agar dibaca oleh anak-anak, ya salah satunya saya ini:D. Meski begitu, baru belakangan saja saya membuka koleksi ensiklopedi, sebelumnya saya tenggelam dalam kisah-kisah Enid Blyton mulai dari Lima Sekawan, Pasukan Mau Tahu, Sapta Siaga, Elizabeth Jadi Pengawas, Malory Towers, St. Claire, Sirkus Pak Galiano, Noddy, hingga buku saku. Cerita-cerita itu mengajarkan saya banyak hal, tentang kejujuran, keadilan, saling menghormati serta juga hidup penuh petualangan.

Karena dibesarkan dengan kisah-kisah seperti itu, cita-cita saya juga berada dalam kondisi ideal seperti negara-negara Eropa. Saat itu saya bercita-cita menjadi seorang peneliti di universitas(namun bukan menjadi dosen). Hidup tenang, dengan jam kerja yang masih memungkinkan untuk mengurusi segala urusan keluarga dan waktu luang di akhir minggu. Namun bayangan tersebut seolah menemukan titik baliknya ketika SMP. Berita-berita mengenai kondisi dalam negeri seolah menghantam saya ke dalam jurang. Kondisi ideal yang saya bayangkan terasa sangat egois. Bagaimana mungkin saya memperjuangkan apa yang saya inginkan, sementara banyak orang yang tidak memperoleh kesempatan sebagaimana yang saya miliki. Keadaan ini berlanjut hingga saya masuk SMA. Berbagai pemikiran mendera kepala saya. Ditambah keadaan yang cukup memadai untuk membaca dua koran per hari, saya berubah menjadi sosok yang gelisah.

Seingat saya saat itulah saya kehilangan cita-cita sebagai seorang peneliti. Bahkan jalur IPA yang sudah saya yakini sejak lama, tiba-tiba goyah menjadi jurusan komunikasi massa, ataupun FISIP. Meski pada akhirnya saya memilih jalur IPA sebagaimana yang telah saya bayangkan sejak kecil, namun saya tidak tahu apakah saya masih orang yang sama seperti dulu. Bahkan kini saya mulai berpikir apakah saya masih dalam keadaan sadar atau tidak. Membiarkan hidup dikendalikan oleh segala hal yang berasal dari luar. Meski dengan keyakinan adanya petunjuk, saya merasa tak ada salahnya juga hidup dalam keadaan seperti itu, memiliki fungsi sosial, mengikuti sebuah jalur formal, serta senantiasa berpikiran positif.

Tapi sekarang, saya memilih untuk merebut kembali kesadaran saya, dan saya harap saya bisa menemukan diri saya kembali. Baru-baru ini saya kembali memiliki cita-cita: menjadi penulis cerita anak-anak. Saya terinspirasi oleh kisah-kisah Enid Blyton yang mengajarkan kerja keras kejujuran serta pantang menyerah lewat tokoh-tokoh George, Dick, Julian, Anne serta Timmy. Belakangan ini saya kembali membaca buku cerita, salah satunya karangan Kate de Castillo yang baru saya sadari untuk anak-anak ketika pada halaman terakhir ada formulir untuk mengikuti Gramedia Junior. Bersih dari kisah cinta muda-mudi, ataupun prasangka, paling-paling sedikit kenakalan dan ide cerdas yang cukup merepotkan, seperti sebuah tanah liat yang belum dibentuk. Sekadar buat penyemangat, Lewis Caroll seorang matematikawan, juga menjadi penulis anak-anak Alice in Wonderland.

NB: kepada Sang Maha yang memberikan keluarga dengan kasih tanpa batas dan syarat, semoga Kau berkenan melimpahi mereka dengan kasih-Mu, sebagaimana yang Engkau berikan pada hamba-Mu ini.

patah Hati

Belum juga kutemukan arti cinta
Mungkinkah ini anti-tesisnya?
Dunia jingga kini kelabu
Kehangatan hanya menyisakan beku

Gawat, mayday-mayday, SOS...
Apa yang terjadi padaku? Tiba-tiba gelisah ngga jelas, terus di kompie terdengar lagu-lagu dari kelompok Century of Love vol.2. Apa aku lagi patah hati ya? Gila, ngga jelas gini. Lagian bisa-bisanya patah hati, suka sama siapa juga ngga tau. Apa gara-gara nonton film tentang pangeran dengan kuda coklat ya? Hua.. kayanya aku benar-benar harus menyeleksi jenis tontonan biar pikiran masih bisa kukontrol.

Aku abis baca bagian depan buku Virus Akalbudi(terjemahannya ga asyik, judul aslinya Virus of the Mind). Pengarangnya mantan orang Microsoft, Richard Brodie. Beberapa tahun lalu, aku udah pernah diceritaian mengenai memetika yang menghubungkan ilmu fisika, psikologi dan biologi, tapi baru sekarang aku nemu bukunya. Sering banget kejadian seperti itu, tertarik pada sesuatu beberapa tahunan silam, tapi baru nemu jawabannya setelah udah nyaris lupa dengan masalahnya.

Lalu apa hubungannya meme dengan patah hati? Hehe.. yang aku tangkep, meme itu sepeti bagian non-pyshic dari gen. Kalau di bio ada gen yang mempengaruhi bawaan seseorang seperti: warna rambut, mata, tinggi badan, penyakit, agresivitas dll, kalau dalam mind ada yang disebut dengan meme. Dalam buku itu, disarankan untuk memahami meme agar kita tahu, hal-hal yang kita lakukan, ngga sepenuhnya bisa dikendalikan oleh diri sendiri.

Nah, sekarang aku akan menganalisis diriku sendiri. Ada perasaan aneh yang ngga bisa kudefinisikan, dan berkaitan dengan seseorang. Menurut orang-orang yang kutanyai itu ada hubungannya dengan cinta. Karena aku ngga tahu, aku ikuti saja pendapat orang-orang, bahwa aku memang sedang bermasalah dengan yang namanya virus merah jambu itu. Menurut buku terbitan KPG itu, ketika aku sudah menerima pendapat orang-orang maka aku sudah terpengaruh meme dari orang lain. Biar jelas, aku culik aja definisi meme yang ada di buku Brodie: Meme merupakan unsur utama informasi di dalam akal budi yang keberadaannya mempengaruhi berbagai peristiwa sedemikian rupa sehingga tercipta lebih banyak salinan meme itu di dalam akalbudi orang lain.[Brodie, Virus Akal Budi, h.28]

Dari definisi itu, kondisiku memang belum tentu patah hati, karena itu hanya pendekatan orang-orang terhadap keadaan yang kuceritakan. Tapi masalahnya malah jadi lebih rumit, karena ketika aku bilang patah hati, artinya aku sudah main bahasa. Seperti ketika membangun sebuah basis dalam aljabar. Untuk menentukan anggota kelompoknya, masing-masing elemen diperiksa, apakah bebas linier dan membangun atau tidak. Kalau sudah memenuhi syarat, maka ia bisa menjadi anggota basis tertentu. Semuanya hanya masalah konsep yang dibangun. Dalam kasusku ada dua kemungkinan, terjadi galat akibat penafsiran seseorang akan ceritaku. Hal ini terjadi karena tiap orang memiliki latarbelakngnya masing-masing(dalam ilmu sosial, sulit untuk melakukan pengelompokkan karena sifat manusia sangat kompleks). Kemungkinan kedua, memang tak ada definisi baku mengenai patah hati. Dengan kata lain tak ada yang bisa memvalidasi, aku sedang patah hati atau ngga.

Menurut Whitehead, yang kata-katanya dikutip di bab pertama, “Tak ada kebenaran mutlak, yang ada hanyalah separo kebenaran.” Rumus-rumus atau apapun yang ada sekarang merupakan pendekatan akan kebenaran, alias konsep-konsep yang dibangun. Setahuku pendekatan ini kental setelah adanya fisika modern, yang banyak menawarkan konsep ketidakpastian, pengaruh pengamat, dll. Gara-gara ini, mungkin pendekatannya jadi rada positivis. Selama sebuah konsep/formula berguna dan cocok untuk mengerjakan beberapa penyelesaian, maka konsep itu akan terus digunakan.

Dengan pendekatan positivis, setiap permasalahan harus dianalisis agar bisa dipecahkan dengan konsep yang cocok. Seperti ketika menerapkan metode numerik tertentu dalam masalah optimasi. Numeriknya saja sudah merupakan pendekatan dari solusi eksak, apalagi kalau salah mengenali permasalahan, errornya bisa semakin besar. Tapi kalau dalam hal-hal non-eksak, apakah mengenali permasalahan membantu banyak ya?

Misalnya aku tahu aku tengah patah hati, trus apa? Apalagi tak ada yang bisa menjamin aku memang benar-benar dalam kondisi itu. Misalkan aku terima meme dari orang-orang yang ada disekelilingku bahwa aku patah hati, maka lambat laun aku akan percaya bahwa aku memang sedang patah hati. Kemudian karena aku sudah menerima patah hati sebagai keadaan yang menimpa diriku, meski belum tentu benar, selanjutnya aku juga akan menerima meme-meme dari orang lain yang menyangkut: betapa menyedihkannya orang yang patah hati dsb-dsb.

Kalau kupikir-pikir, lebih baik aku biarkan perasaan aneh itu di dalam hati. Malah semakin tidak dipikirkan lebih cepat perasaan itu hilang. Seperti penularan virus flu, untuk menghindar dari penyakit itu yang harus dilakukan adalah memperkuat kekebalan tubuh. Begitu juga dengan virus akalbudi, cara menghindarinya adalah dengan memperkuat keyakinan diri sendiri, dan tidak termakan omongan orang.

Apakah meme pasti jelek? Ngga juga sih, pendapat orang pasti ada bagusnya juga. Tapi untuk masalah-masalah perasaan, kayanya emang rada berbahaya. Lagian karakternya mirip api yang semakin dikipas-kipas(baca: makin banyak orang tau), bakal makin berkobar, jadi kayanya mending diem-diem aja. Sekarang aja aku tulis karena ngga punya objek lain. Terpaksa aku sendiri yang jadi kelincinya(sambil berdoa semoga si kelinci ngga kenapa-napa setelah melakukan analisis terhadap dirinya sendiri).

Catatan kecil:

* Wacana meme masih terbilang baru bagiku, jadi aku ngga yakin penafsiranku atas apa yang kubaca sudah tepat atau belum. Beberapa analogi yang mungkin membantu: komputer analog dengan manusia, hardware dengan gen, dan software dengan meme. Dari penjelasan yang diberikan oleh Plotkin(seorang psikolog): meme merupakan cerminan pengetahuan yang tersimpan di dalam akalbudi kita. Aku mengartikan kata-kata tersebut sebagai sebuah naluri dasar. Dalam psikologi, naluri itu dibagi menjadi empat: figthing, fleeing, feeding, finding a mate. Keempat naluri itu ada kaitannya dengan meme, tapi aku tidak yakin bagaimana...(masih harus banyak baca lagi).
* Sebagaimana virus pada manusia, maupun komputer, virus akalbudi pun tidak dapat dikendalikan. Hinggap pada inang, kemudian menggunakan alat-alat pada tubuh inangnya untuk menduplikasi sifat-sifat si virus sehingga sifat si virus akan terdapat pada keturunan inang.
* Mengenai perilaku manusia, 88% dipengaruhi kondisi bawah sadar. Jadi meski setengah mati nyangkal bahwa aku dalam kondisi baik-baik aja, aku ngga tahu alam bawah sadarku sependapat atau ngga.
* Aku lagi mencoba memrogram diriku agar menjadi rada ilmiah. Makanya lagi senang membaca teks-teks yang ditulis oleh orang sains. Apa yang aku baca di buku Brodie, mengingatkan aku pada website edge.org. Salah satu alasannya adalah karena sama-sama diilhami oleh pandangan evolusionis.

membaca rasa

Beberapa hari belakangan Aksara mengadakan parade jalan-jalan. Minggu, jalan-jalan keliling kampus, Selasa jalan-jalan di BIP sekalian nunggu film Batman Begins, dan Rabu ke tobucil dan Aula Barat ngeliatin karya TPB anak SR. Kurang tepat juga kalau dibilang Aksara, soalnya yang ikut Cuma empat-enam orang, tapi kegiatannya khas Aksara banget: spontan dan lucu.

Aku lagi mikir kenapa jalan-jalan keliling kampus bisa menyenangkan. Tempatnya biasa banget, gimana ngga wong nyaris setiap hari masih harus ke kampus, teman-temannya juga sering banget ketemu di Salman, tapi tetap aja ada hal-hal yang bisa membuatku terheran-heran dan tertawa. Seperti ketika kami naik ke gedung PAU lantai 8. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 5 ketika kami naik menggunakan lift sempit berkapasitas 10 orang. Diisi kami berenam saja sudah cukup sesak, gimana kalau ditambah 4 orang lagi. Daripada bingung-bingung membayangkan, kami berbaris dengan rapih di lift temaram tersebut sambil memikirkan proporsi orang yang bisa mengisi ruang kosong yang tersisa. Kayanya rada maksa juga kalau diisi sampai kapasitas maksimum.

Lift berhenti dengan gaya unik, jegrek... Mirip naik roller coaster ketika hendak jalan, mengejutkan. Untungnya tidak terjadi apa-apa, setelah berhenti liftnya terbuka normal. Suasana lantai 8 cukup sepi, kami hanya berpapasan dengan satu orang yang hendak turun kebawah. Dari lantai tersebut kami bisa melihat pemandangan gunung Tangkuban Perahu, dan dari sisi lainnya kami bisa mengamati mentari yang memancarkan cahaya merah jingga. Bentuknya masih bulat, tapi posisinya sudah mau tenggelam. Sayang, pintu menuju keluar terkunci, jadi kami hanya bisa mengamati dari balik kaca.

Saat sedang melihat-lihat di depan sekre radio 8EH, tiba-tiba Yan, Ales, Arief, dan Sra berlari-lari. “Apaan nih?” pikirku heran. Sambil ikutan lari-lari, aku mulai mikir yang aneh-aneh, apalagi ITB punya banyak cerita spooky-spooky. Tapi yang bikin aku curiga, mereka lari sambil cengar-cengir, sambil sesekali bersembunyi dibalik tiang layaknya sedang melakukan pengintaian ala detektif. “Ssst...,” kata salah seorang mereka. “Hmm, kayanya ada petugas deh,” mencoba mencari jawaban yang lebih masuk akal. Sesampainya kami di dekat lift, kami bersembunyi di balik tembok. Akhirnya aku tahu kalau mereka semua mau ngerjain Salim yang tertinggal di belakang.

Keadaan yang cukup sepi membuat suara cekikikan kami terdengar cukup jelas, tak beberapa lama kami pun ketahuan. Yah, sebenarnya sih karena kami memang tidak benar-benar bersembunyi. Kegiatan-kegiatan yang kalau dipikir-pikir konyol, tapi menyenangkan. Kayanya semua orang punya sisi kekanak-kanakan yang tersembunyi deh. Bayangin aja 5 orang mahasiswa dengan tas di punggung, lari-lari di gedung yang udah nyaris kosong, sore-sore hari Minggu pula. Rada-rada ajaib bukan?

Ternyata mencari kegiatan menyenangkan tidak begitu sulit. Cukup berkumpul dengan orang-orang dekat, tidak peduli kegiatannya konyol atau keren rasanya tetap sama. Hal yang juga aku peroleh ketika jalan-jalan ke BIP, bagiku selain filmnya yang memang keren, kebersamaan seusai film selesai sama menyenangkannya. Komentar-komentar nyleneh gara-gara waktu mau turun dengan eskalator ada bau tidak sedap, lontaran-lontaran yang mampu memancing tawa, semuanya memberi kesan menyenangkan bagiku.

Mungkin karena waktu SMK aku tinggal di asrama. Segala hal dilakukan secara bersama-sama. Tak ada ruang bagi kesedihan yang berlarut-larut, tersapu tawa kawan yang menghibur silih berganti. Kebersamaan yang menurutku menghilangkan ego seseorang. Kebahagian berarti kebersamaan, lebur, menyatu. Bahkan aku juga belajar bagaimana kebahagiaan bisa menular. Hanya dengan melihat teman senang, perasaan kita turut nyaman. Aku tidak bisa membayangkan hidup tanpa teman, hii...

malam

Menyatukan segala indra untuk memahami segala yang telah terjadi
Tersadar, sudah lama aku tak menyebut-Mu
Entah apa yang kulalui
Terpesonakah aku pada ciptaan-Mu?
Ingin rasanya aku berkata, masih seperti dulu
Saat Kau menjadi teman bicaraku
Saat aku cemburu pada hamba-hamba-Mu
yang tampak begitu menyatu ketika mengadu pada-Mu
Aku rindu...
pada segala keintiman yang tak terlukiskan
pada malam-malam dimana Kau menelan segala keresahan
Saat hijab terasingkan
Saat Kau menjadi satu-satunya tujuan
Masih adakah sejengkal ruang?

Agama

Dari sekian klasifikasi, santri-abangan hingga fundamentalis-liberal, saya tak berhasil memposisikan diri. Pun jika dikaji dengan pendekatan ormas seperti NU, Muhammadiyah maupun Persis. Kalaupun ada kata yang cukup mencerminkan warna keberagamaan saya, saya memilih moderat dengan segala penafsiran dan pengertiannya. Kadang saya memposisikan sebagai seorang naturalis, namun disaat lain saya menutup segala pikiran saya dan melakukan kegiatan yang acap disebut dogmatis.

Entahlah, kadang saya suka bingung. Antara universalitas, logika, hingga keterbatasan manusia. Apa yang disebut dengan kebenaran? Apakah manusia memiliki hak untuk menyatakan sesuatu itu benar atau salah? Jawaban atas pertanyaan terakhir bagi saya adalah tidak. Tapi entah kenapa, belakangan ini kian banyak orang yang mengklaim kebenaran. Bukankah mengambil hak prerogatif Allah sama saja dengan syirik? Lalu kenapa masih ada yang suka sombong dengan keberimanannya, mengaku paling benar dan mengklaim yang lain salah?

Disisi lain, kalau setiap orang tenggelam dalam kebenarannya masing-masing, bagaimana keyakinan itu dapat diperoleh? Apa yang menyebabkan seseorang yakin, dan kemudian memanifestasikan keyakinannya itu dalam bentuk tindakan? Seperti perintah untuk berperang yang turun melalui tiga tahap, bagaimana dengan kondisi saat ini, saat banyak negara yang berkobar atas nama Tuhan. Bukankah kecendrungan manusia adalah pada perdamaian?

Lalu kalau semua agama cenderung pada perdamaian--sebagaimana yang didoktrinkan dalam buku PPKn masa SMA dimana terdapat kutipan-kutipan dari berbagai kitab yang menyebutkan benang merah semua agama adalah kebaikan dan cinta damai—mengapa peperangan menjadi bagian dari sejarah manusia? Terus menerus tanpa henti, hanya berganti rupa. Lewat bom atom yang bisa digerakkan dari jarak ribuan kilometer, atau perang terselubung berupa pemikiran.

Kenapa semuanya senang pada konflik? Meski ada teori yang menyebutkan manusia tak pernah bisa mengenyahkan insting hewani sepenuhnya. Kalaupun dalam tampilan luar terlihat wajar, ia membutuhkan pelampiasan. Hal inilah yang mengakibatkan game-game perang-perangan maupun duel menjadi game paling laku sepanjang massa. Demikian pula dengan adu tinju, gulat, maupun wrestling di TV. Taruhan yang memnyertai pertandingan itu, jeritan-jeritan penuh semangat seolah merayakan sisi hewaniah manusia yang tak berhasil dijinakkan.

Apakah agama itu? Ditilik dari a yang berarti tidak dan gama yang berarti kacau, seharusnya agama merupakan petunjuk jalan yang menghantarkan manusia pada keteraturan. Tapi keteraturan macam apa, hukum-hukum yang bagaimana? Dan kenapa selalu atas nama agama? Apakah hanya kedok budaya dengan tabu-nya(pake pendekatan psikologis), atau ketika seseorang telah memutuskan beragama, maka ia telah menyatukan jiwa dan raganya kepada keyakinannya itu?

Lalu kenapa masih ada korupsi, pencurian, ketimpangan, dan segala tetek bengek lainnya? Apakah semua hal itu tak ada kaitannya dengan gaya hidup? Apakah agama hanya mengurusi masalah-masalah besar seperti perdamaian di muka bumi, isu terorisme hingga memicu diadakannya dialog interfaith yang kedua? Semuanya tampak non sense. Saat membicarakan masalah-masalah besar, semua orang tampak peduli dan alim-alim, tapi begitu dihadapkan dengan kehidupan sehari-hari tak tampak jejak agama. Agama lenyap dengan segala kemegahannya. Timpang, tak utuh, cacat.

Apa yang salah? Semua pemeluk agama pasti akan membela agamanya mati-matian, hingga titik darah penghabisan kalau perlu. Agama menjadi sumber kebenaran dan juga sumber harapan. Karena itu pula psikologi materialisme menuduh agama hanyalah bentuk pelarian manusia akan sosok ‘ayah-ibu.’ Atau mengutip kata-kata Marx yang terkenal: agama adalah candu. Meski kalau melihat dari kacamata Jung(yang terdistorsi lagi oleh kacamata yang saya gunakan), agama merupakan kebutuhan dasar manusia. Jadi ‘aku’ dalam diri tiap manusia pada dasarnya bisa membantu alam sadar manusia untuk mengenali eksistensinya(lagi baca buku Zen & Psikoanalisis, tapi logikanya masih belepotan didalam kepala).

Dengan begitu agama yang kalau diartikan secara umum merupakan keyakinan seseorang yang berasal dari kitab suci(dalam pelajaran-pelajaran zaman baheula, agama dibedakan dengan kepercayaan, yang sumbernya tidak berasal dari kitab suci) merupakan jalan hidup, way of life seseorang. Didalamnya terdapat masalah-masalah profan, transenden, hingga yang skala mikro. Hua..ah alur berpikirnya kacau banget.

Agama mengantarkan seseorang pada keselamatan(p => q)
Seseorang tidak selamat (~q)
Kesimpulannya: tidak beragama(~p)
(ket: p => q ekivalen dengan ~q => ~p)

Nah, kalau sekarang kondisi yang kita hadapi kacau balau, kemungkinannya ada dua. Saya sebagai pengamat yang bermaksud objektif tapi ngga mungkin(saya kontra dengan pemisahan objektivitas dan afek versi Descartes), yang salah dalam memberikan penilaian(saya melihatnya sebagai kekacauan, padahal kondisi sebenarnya baik-baik saja) atau kondisi sekarang adalah kondisi tidak beragama(meski kadarnya mungkin bisa berbeda-beda bagi tiap orang)?

Saya cenderung pada pilihan kedua. Tapi lagi-lagi pilihan saya ini dipengaruhi asumsi awal bahwa kondisi yang saya lihat adalah benar. Sama ketika teman saya marah-marah pada diskusi dengan sebuah golongan. “Masa Yut, mereka bilang kaya gini: Semua manusia pasti pernah berbuat salah, Nabi adalah seorang manusia, kesimpulannya: Nabi pasti pernah berbuat salah.” Terlepas dari perdebatan yang panjang lebar mengenai kema’suman seorang Nabi, premis diatas juga tak lepas dari asumsi dasar: semua manusia pasti pernah berbuat salah. Padahal pernyataan itu harus dibuktikan terlebih dahulu dengan cara mengambil manusia sebarang, kemudian menggunakan metode induksi. Tentu saja hal itu sangat rumit. Sebaliknya untuk membuktikan pernyataan tersebut salah cukup mengambil satu contoh penyangkal. Membuktikan suatu pernyataan benar jauh lebih sulit dibandingkan membuktikannya salah. (Udah, ah, keterangan lebih lanjut mending ikut kuliah anril aja).

Intinya, manusia itu sebenarnya subjektif(huehehe... jadi ngikutin Wittgenstein dan Kiekergard deh), jadi untuk bertahan di dunia yang fana ini kita harus menemukan eksistensi dalam diri masing-masing. Seperti peran analisis dalam psikoanalisis dan master dalam Zen, manusia harus berhasil mendamaikan alam bawah sadarnya dengan sadar, atau dalam bahasa Zen menembus batasan ‘aku’ dalam dirinya, jalan dari perbudakan menuju pembebasan diri. Kalau psikoanalisis melakukannya dengan sosok analisis, maka Zen menggunakan metode meditasi, koan dll. Saya lebih cenderung pada cara Zen, yang sejalan dengan apa yang saya yakini. Agama yang dalam hal ini didefinisikan bersumber pada sebuah kitab, merupakan petunjuk jalan bagi manusia untuk menemukan eksistensi dirinya sebagai seorang abd’ dan menuju Yang Esa.
Dari sekian klasifikasi, santri-abangan hingga fundamentalis-liberal, saya tak berhasil memposisikan diri. Pun jika dikaji dengan pendekatan ormas seperti NU, Muhammadiyah maupun Persis. Kalaupun ada kata yang cukup mencerminkan warna keberagamaan saya, saya memilih moderat dengan segala penafsiran dan pengertiannya. Kadang saya memposisikan sebagai seorang naturalis, namun disaat lain saya menutup segala pikiran saya dan melakukan kegiatan yang acap disebut dogmatis.

Entahlah, kadang saya suka bingung. Antara universalitas, logika, hingga keterbatasan manusia. Apa yang disebut dengan kebenaran? Apakah manusia memiliki hak untuk menyatakan sesuatu itu benar atau salah? Jawaban atas pertanyaan terakhir bagi saya adalah tidak. Tapi entah kenapa, belakangan ini kian banyak orang yang mengklaim kebenaran. Bukankah mengambil hak prerogatif Allah sama saja dengan syirik? Lalu kenapa masih ada yang suka sombong dengan keberimanannya, mengaku paling benar dan mengklaim yang lain salah?

Disisi lain, kalau setiap orang tenggelam dalam kebenarannya masing-masing, bagaimana keyakinan itu dapat diperoleh? Apa yang menyebabkan seseorang yakin, dan kemudian memanifestasikan keyakinannya itu dalam bentuk tindakan? Seperti perintah untuk berperang yang turun melalui tiga tahap, bagaimana dengan kondisi saat ini, saat banyak negara yang berkobar atas nama Tuhan. Bukankah kecendrungan manusia adalah pada perdamaian?

Lalu kalau semua agama cenderung pada perdamaian--sebagaimana yang didoktrinkan dalam buku PPKn masa SMA dimana terdapat kutipan-kutipan dari berbagai kitab yang menyebutkan benang merah semua agama adalah kebaikan dan cinta damai—mengapa peperangan menjadi bagian dari sejarah manusia? Terus menerus tanpa henti, hanya berganti rupa. Lewat bom atom yang bisa digerakkan dari jarak ribuan kilometer, atau perang terselubung berupa pemikiran.

Kenapa semuanya senang pada konflik? Meski ada teori yang menyebutkan manusia tak pernah bisa mengenyahkan insting hewani sepenuhnya. Kalaupun dalam tampilan luar terlihat wajar, ia membutuhkan pelampiasan. Hal inilah yang mengakibatkan game-game perang-perangan maupun duel menjadi game paling laku sepanjang massa. Demikian pula dengan adu tinju, gulat, maupun wrestling di TV. Taruhan yang memnyertai pertandingan itu, jeritan-jeritan penuh semangat seolah merayakan sisi hewaniah manusia yang tak berhasil dijinakkan.

Apakah agama itu? Ditilik dari a yang berarti tidak dan gama yang berarti kacau, seharusnya agama merupakan petunjuk jalan yang menghantarkan manusia pada keteraturan. Tapi keteraturan macam apa, hukum-hukum yang bagaimana? Dan kenapa selalu atas nama agama? Apakah hanya kedok budaya dengan tabu-nya(pake pendekatan psikologis), atau ketika seseorang telah memutuskan beragama, maka ia telah menyatukan jiwa dan raganya kepada keyakinannya itu?

Lalu kenapa masih ada korupsi, pencurian, ketimpangan, dan segala tetek bengek lainnya? Apakah semua hal itu tak ada kaitannya dengan gaya hidup? Apakah agama hanya mengurusi masalah-masalah besar seperti perdamaian di muka bumi, isu terorisme hingga memicu diadakannya dialog interfaith yang kedua? Semuanya tampak non sense. Saat membicarakan masalah-masalah besar, semua orang tampak peduli dan alim-alim, tapi begitu dihadapkan dengan kehidupan sehari-hari tak tampak jejak agama. Agama lenyap dengan segala kemegahannya. Timpang, tak utuh, cacat.

Apa yang salah? Semua pemeluk agama pasti akan membela agamanya mati-matian, hingga titik darah penghabisan kalau perlu. Agama menjadi sumber kebenaran dan juga sumber harapan. Karena itu pula psikologi materialisme menuduh agama hanyalah bentuk pelarian manusia akan sosok ‘ayah-ibu.’ Atau mengutip kata-kata Marx yang terkenal: agama adalah candu. Meski kalau melihat dari kacamata Jung(yang terdistorsi lagi oleh kacamata yang saya gunakan), agama merupakan kebutuhan dasar manusia. Jadi ‘aku’ dalam diri tiap manusia pada dasarnya bisa membantu alam sadar manusia untuk mengenali eksistensinya(lagi baca buku Zen & Psikoanalisis, tapi logikanya masih belepotan didalam kepala).

Dengan begitu agama yang kalau diartikan secara umum merupakan keyakinan seseorang yang berasal dari kitab suci(dalam pelajaran-pelajaran zaman baheula, agama dibedakan dengan kepercayaan, yang sumbernya tidak berasal dari kitab suci) merupakan jalan hidup, way of life seseorang. Didalamnya terdapat masalah-masalah profan, transenden, hingga yang skala mikro. Hua..ah alur berpikirnya kacau banget.

Agama mengantarkan seseorang pada keselamatan(p => q)
Seseorang tidak selamat (~q)
Kesimpulannya: tidak beragama(~p)
(ket: p => q ekivalen dengan ~q => ~p)

Nah, kalau sekarang kondisi yang kita hadapi kacau balau, kemungkinannya ada dua. Saya sebagai pengamat yang bermaksud objektif tapi ngga mungkin(saya kontra dengan pemisahan objektivitas dan afek versi Descartes), yang salah dalam memberikan penilaian(saya melihatnya sebagai kekacauan, padahal kondisi sebenarnya baik-baik saja) atau kondisi sekarang adalah kondisi tidak beragama(meski kadarnya mungkin bisa berbeda-beda bagi tiap orang)?

Saya cenderung pada pilihan kedua. Tapi lagi-lagi pilihan saya ini dipengaruhi asumsi awal bahwa kondisi yang saya lihat adalah benar. Sama ketika teman saya marah-marah pada diskusi dengan sebuah golongan. “Masa Yut, mereka bilang kaya gini: Semua manusia pasti pernah berbuat salah, Nabi adalah seorang manusia, kesimpulannya: Nabi pasti pernah berbuat salah.” Terlepas dari perdebatan yang panjang lebar mengenai kema’suman seorang Nabi, premis diatas juga tak lepas dari asumsi dasar: semua manusia pasti pernah berbuat salah. Padahal pernyataan itu harus dibuktikan terlebih dahulu dengan cara mengambil manusia sebarang, kemudian menggunakan metode induksi. Tentu saja hal itu sangat rumit. Sebaliknya untuk membuktikan pernyataan tersebut salah cukup mengambil satu contoh penyangkal. Membuktikan suatu pernyataan benar jauh lebih sulit dibandingkan membuktikannya salah. (Udah, ah, keterangan lebih lanjut mending ikut kuliah anril aja).

Intinya, manusia itu sebenarnya subjektif(huehehe... jadi ngikutin Wittgenstein dan Kiekergard deh), jadi untuk bertahan di dunia yang fana ini kita harus menemukan eksistensi dalam diri masing-masing. Seperti peran analisis dalam psikoanalisis dan master dalam Zen, manusia harus berhasil mendamaikan alam bawah sadarnya dengan sadar, atau dalam bahasa Zen menembus batasan ‘aku’ dalam dirinya, jalan dari perbudakan menuju pembebasan diri. Kalau psikoanalisis melakukannya dengan sosok analisis, maka Zen menggunakan metode meditasi, koan dll. Saya lebih cenderung pada cara Zen, yang sejalan dengan apa yang saya yakini. Agama yang dalam hal ini didefinisikan bersumber pada sebuah kitab, merupakan petunjuk jalan bagi manusia untuk menemukan eksistensi dirinya sebagai seorang abd’ dan menuju Yang Esa.

kehidupan

Cinta...
Sirna...
Satu...
Padu...

Adakah seseorang yang menolak disayang, dicintai, diinginkan? Hidup dalam kesendirian, kesepian, karena telah memiliki segala. Berkawan materi, gunjingan-gunjingan, dan bedak berlapis-lapis karena tengah berjerawat. Dengan sepatu kulit impor yang harganya dapat menghidupi sebuah keluarga sederhana selama satu bulan. Mobil mewah berjajar di garasi, dengan orang-orang yang siap membantu membukakan pintu hingga semir sepatu. Dalam salah satu adegan, sang ibu dengan kalung-kalung bertatahkan berlian, mencium anaknya. Dinasehatinya anak itu panjang lebar. Namun matanya kosong, sang anak pun mendengarkan sambil menambahkan sepotong ya pada bagian pertanyaan.

Tak jauh dari rumah megah itu, ada seorang ayah yang baru saja di PHK. Sang istri yang menjadi babu cuci tak dapat membantu banyak. Padahal sebentar lagi anak mereka akan kembali bersekolah setelah libur kenaikan kelas. Itu artinya ia harus siap mengeluarkan uang lebih. Dengan mata tak berdaya dipandanginya angka satu di rapot anaknya. Sudah berulang kali tertoreh angka satu di peringkat kelas. Angka yang tak hanya membuat bangga, namun lebih menorehkan luka. Perasaan terkoyak karena tak dapat berbuat banyak karena masalah biaya.

Sang anak memang tak pernah berharap banyak. Ia selalu berkata, ia selalu siap kalau harus berhenti sekolah. Tangan-tangan mungil anak usia empat SD itu bahkan sudah tahu bagaimana mencari uang dengan mengambil kue-kue tetangganya untuk dititipkan di koperasi sekolah. Tangan-tangan yang juga mengangkat tangannya kepada Sang Maha Kuasa dan senantiasa berdoa untuk dapat menjadi orang besar. Pinta yang diucapkan setiap kali, layaknya tasbih. Hingga meski tak pernah terkatakan, sang ayah tahu mimpi-mimpi anaknya.

Di tengah kegalauan, bimbang dan putus asa sang ayah menjadi gelap mata. Dilihatnya anak yang tak pernah merasakan tanah lumpur. Sepatu olahraga yang tampak selalu baru, tas berwarna, dan mobil lengkap sopir yang mengantarkannya kemana-mana. Dicarinya akal agar dapat merampas sesuatu dari anak itu, agar tak hanya anak orang kaya yang dapat merasakan bahagia. Ia ingin anaknya dapat merasakan hak yang sama, barang-barang keluaran pabrik, mengkilap dan harum. Pikiran-pikiran itu kian sering menggodanya, terutama semenjak ia tak lagi dapat membantu istrinya.

Di tengah rasa frustasi, ia mulai suka melayang. Alkohol menjadi salah satu kawan terbaiknya. Memberikan detik-detik paling bebas dalam hidupnya. Ia merasa begitu merdeka untuk melayangkan tangannya ke wajah sang istri yang kini lebih sering menangis. “Ah, berisik,” ketika sang istri menolak memberikannya uang sambil memberikan sebuah pukulan yang menorehkan lebam di pipi.

Kejadian itu berulang. Dan kali ini sang suami mulai mencari cara lain untuk memperoleh uang. Ia berniat untuk melaksanakan rencananya terhadap keluarga kaya itu. Ia akan menculik anak yang baginya tampak terlalu bahagia itu. Kenapa ada orang yang berhak menerima semua itu sedangkan dirinya harus terperangkap dalam kemiskinan, ketidakberdayaan, dan dilecehkan oleh istrinya sendiri. Kemarahan itu begitu menggebu-gebu. Menghentak, membuncah, hingga nyaris tak tertahankan. Dengan sisa-sisa akalnya, ia menyusun sebuah rencana penculikan.

Dan terjadilah. Ketika anak tersebut sedang menunggu jemputan di sekolahnya, laki-laki yang gelap mata itu menculik anak itu. Rencananya sederhana, untuk meminta uang tebusan, sama seperti yang sering dilihatnya di sinetron. Bukankah itu artinya keadilan, ketika setiap orang bisa merasakan hal yang sama, dan bagi dirinya, inilah saatnya ia bisa memperoleh uang banyak, dan membuat orang-orang yang tampak terlalu sempurna itu untuk menderita.

Di sebuah tempat yang sepi ia mengikat mulut anak itu. Tapi setetes air membuatnya terkejut. Mata anak itu mengeluarkan air dan menyiratkan ketakutan. Laki-laki itu sekilas teringat anaknya di rumah. Dan yang membuatnya lebih heran lagi, anak itu tidak menjerit-jerit mencari ibunya, melainkan hanya menangis tergugu dan pasrah. Kebeningan mata anak itu membuatnya takut, perasaan yang sudah lama tak dirasakannya. “Ternyata orang kaya bisa menangis juga,” pikirnya. Ketika ia memeluk anak itu, tangisan itu malah terdengar lebih keras. “Su...su..sudah la..lama, ibu saya tak me..melakukannya,” ucap sang anak dengan tergugu.

Kata-kata itu langsung menghancurkan pertahanan penculik. Dengan airmata yang membuat pandangannya kabur, ia melepaskan ikatan di tangan anak itu dan menyuruhnya pergi. Sementara sang ibu yang telah diberitahu oleh sopir bahwa anaknya tak ada di sekolah mulai merasa cemas. Pikiran-pikiran mengenai model baju terbaru musim ini yang tadi diperbincangkan seru di arisan, sirna. Perbincangan anak saya ikut les ini-itu, menang lomba antah berantah, hingga piala-piala kecil yang menghiasi salah satu pojok ruang tamunya terasa mengejek. Dengan perasaan galau dibantingnya salah satu piala milik anaknya.

Piala itu diperoleh anaknya ketika harus mengikuti lomba aritmatik. Di bagian bawahnya tertulis juara harapan I. Saat hendak mengikuti lomba itu, sang anak menolak ikut karena merasa tak enak badan. Tapi saat itu ia memaksa anaknya untuk tetap ikut. Minggu lalu, teman arisannya bercerita mengenai keberhasilan anaknya menang lomba. Ia tak mau kalah, ia merasa anaknya adalah yang terbaik dan tak terkalahkan. Karena itu ketika anaknya hanya memperoleh juara harapan, ia merasa sangat marah.

Potongan-potongan itu menyerangnya, menyerbunya, membuat kilatan-kilatan peristiwa. Tiba-tiba telepon rumah berbunyi. “Ma, ini ade. Ade ada ada di dekat SD Harapan Bangsa. Tolong jemput ade ya, Ma.” Dengan langkah tergopoh, ibu itu langsung meminta sopirnya untuk ke sekolah. Baru kali itu ia tidak memikirkan tatanan rambutnya, atau parfum apa yang harus dikenakannya. Ia merasa menjadi orang yang begitu jahat dan egois hingga nyaris kehilangan putranya sendiri. Kehilangan yang sebenarnya sudah terjadi bebapa tahun semenjak ia mengambil jarak, dan menutup hatinya.

Dari kejauhan dilihatnya putra semata wayangnya itu. Dengan baju agak berantakan dan wajah sedikit pucat. “Sudah berapa lama saya tak melihatnya tertawa lepas,” pikir sang ibu sedih. Ketika mobil berhenti, sang ibu langsung turun sambil memeluk anaknya yang baru kelas 3 SD itu. “Maafkan, ibu nak. Ibu minta maaf. Apa kamu ngga apa-apa Yang?” Sang anak hanya menguatkan dekapan pada ibunya.

Sementara laki-laki yang gelap mata, mulai berusaha bangkit. Dipandanginya lautan sampah yang ada di matanya. Perlahan ia mulai mengumpulkan botol-botol bekas. Ia bertekad, tak akan pulang ke rumah dengan kosong. Ia tak ingin kehilangan untuk yang kedua kalinya. Ia rindu tatapan anak dan istri yang begitu menyayanginya. Ia ingin menjadi bagian dari kehidupan itu kembali.
Untuk teman-temanku di Siaware tujuh: Saat kehidupanku beririsan denganmu, kau telah menjadi bagian dari diriku. Sang Sutradara telah menggariskan kisah ini untukku, untuk membuatku kuat, dan menyadari bahwa ternyata kaupun tak sempurna. Aku melihat diriku dalam dirimu, dan itu membuatku merasa kita adalah satu.

Selasa, 04 Agustus 2009

Pretend

"Pretend" when you say 'i don't love you "Anda tidak melihat sakit meninggalkan tetapi Anda selalu datang kembali berjalan dan akhirnya bisa bernafas i hate bagaimana Anda bisa melakukan ini, namun Anda tetap perhatian saya tahu bahwa hidup i Anda hanya menggunakan tetapi saya tanpa anda, bagaimana saya bisa bertahan? you're killing me dengan ketiadaan tetapi Anda tidak banyak di semua kejahilan pushes me down tetapi jatuh sakit menikmati i know im semua untuk menunjukkan but im addicted ke rasa sakit seperti ini tidak terkunci dalam suaka dan saya pil untuk menjaga me sane i dont know you love me tapi sekarang sakit hanya pretend im yang tidak begitu rentan dan tidak memerlukan jerumatan

20 february,,,, my birthday

Hari ini hari apa yach.....cwek aja lupa kale yach....huh

jengkel jadi na....aq aj inget.tp gpp lah,biasa sich cwek tuh mst pelupa atow sengaja mel;upa yach?hikz


21 february.....ksh slmt aj bwt aq da my honey.

tau lah lupa ya sudah.mow di apain lg.

org ultahku kmrn aj,lupa kq.


yach sabar2 punya cwek pelupa.apa2 kita yg hrs ngingetin.untung gak lp ma wjh aq na.hehehe

klo yg ntu lp,wedew parah bgt dech...!!!


syank,syank ntu bnr2 lp ato emg sengaja melupain sich.......huhuhu


love you my love,doamu sll aq aq harapkan.



hari ini,esok atow kpn pun ku kan cb berthn utkmu.

krn dirimu yg membuat aq berarti..

do'a wat all

Ya Allah,,,,,,,,,,
Aku menyayangi dia lbh dr segalanya
Jika dia jodohku,dia baik utk agamaku
Untuk keluargaku,serta dunia dan akhiratku
Aku mohon padaMU Ya Allah,,,,,,,,
Mudahkanlah jalan kami
Dekatkanlah hati kami,,,,
Berkati dan restuilah cinta kami
Kalaupun dia bkn Engkau takdirkan untuk ku
Berikan hambamu ini kekuatan dan ketabahan dlm menerima ketentuanMU
Ya Allah,,,,,,,,,,
HambaMU ini lemah tak berdaya
Aq merajuk kepadaMU Ya Allah,,,,,,
Berikan jalan yang sebaik-baiknya jalan untuk kami
Engkau Maha Pengasih lagi Maha Penyayang
Amien2............,Ya Robbal'alamin

Rabu, 22 Juli 2009

RACUN DAN VIRUS PULSA ASMARA

Berbagai macam sarana komunikasi dan transportasi diciptakan untuk mempermudah segala urusan kehidupan. Sehingga dunia laksana satu daratan yang bisa dijangkau dengan mudah dalam waktu sekejap tanpa menisakan letih dan lelah. Padahal enam puluh tahun yang lalu, sarana komunikasi dan transportasi masihlah minim. Segala sesuatu ditempuh dengan waktu yangsangat lama. Namun saat ini semuanya serba instant. Hubungan jarak jauh bisa dilakukan tanpa jeda waktu. Karena komunikasi dan transportasi semakin canggih serta teknologi semakin mutakhir.

Namun yang harus diwaspadai, di tengah gemerlapnya eksploitasi teknologi dan gencarnya penjajahan moral yang dilakukan para kapitalis, terutama di negara-negara berkembang dan negara-negara Islam, maka semu pihak harus mengetahui racun dan virus berbahaya yang diselipkan dalam kecanggihannya. Racun atau virus itu sungguh mudah menjangkiti kita semua. Apabila kita sudah merasakan maka sendi-sendi moral kita lambat laun akan rontok seperti ruas-ruas jemari yang berjatuhan terkena lepra ganas. Tapi seringkali penyakit yang sangat berbahaya itu tidak nampak karena mata kita terlalu silau oleh kecanggihannya.

Saat teknologi telepon semakin canggih, harga pesawat telepon dan perangkat elektronik semakin murah, serta jaringan pemasaran distribusinya sudah merambah hingga pelosok-pelosok daerah, maka penyakit itu pun semakin rapat mengepung kita.

Dengan teknologi handphone berkamera, lahirnya fasilitas 3G, chatting melalui internet dan komputer berkamera, maka hubungan langsung antara manusia pun semakin menganga lebar. Pembicaraan lewat media tersebut seperti sudah tidak menyisakan sekat-sekat lagi. Orang yang kita ajak bicara sudah jelas terpampang di depan kita. Apa yang ditampilkan di kamera, itulah keadaan lawan bicara kita yang sesungguhnya. Gambar si dia yang sedang manja, senyumnya yang menggoda, desah suaranya yang membuat terlena, dapat dengan mudahnya dinikmati dengan fasilitas komunikasi semacam ini.

Maka ketika batasan moral sudah semakin memudar dan hilang. Saat pengawasan dari orant tua semakin renggang, para pemuda dan pemudi pun semakin leluasa berhubungan dengan kamuflase teknologi tersebut. Mereka dengan mudah membuat janji berbicara mesra berkoodinasi dengan pasangan untuk mengelabui orang tua guna bertemu berdua untuk khalwah elektronik.Sungguh sangat mudah dilakukan dengan memanfaatkan murahnya pulsa.
Lihatlah. Kita akan dengan mudah menyaksikan apa yang dilakukan kaum muda kita. Anak-anak sekolah dengan penuh bangga da nbahagia memanfaatkan fasilitas kecanggihan HP terbaru. Tanpa sadar, mereka telah terjebak. Virus dan racun telah merasuki dirinya. Ia terus menjalar dan menyerang benteng-benteng keimanan.

Apabila ini yang terjadi, maka sungguh kehancuran moral yang senyata-nyatanya. Sehingga saat pemuda dan pemudi sudah terjebak dalam jeratan komunikasi yang semacam ini, maka sangat susah untuk melepaskan diri. Masih Nggak percaya... Percayalah...Jangan coba-coba!

Mereka sudah dapat merasakan indahnya janji dan harapan, hangatnya pembicaraan, mesranya rayuan, serta manisnya pujian. Sukma mereka pun serasa melayang-layang. Pada akhirnya untuk terjerumus ke dalam hubungan yang lebih gelap akan dengan sangat mudah terjadi. Akibatnya, dua sejoli yang tadinya hanya membangun hubungan dengan jaringan HP, telepon, atau internet saling berjanji untuk bertemu. Mereka tergoda untuk "mengenal lebih dekat". Janji dan pertemuan pun terjadi, awalnya dengan sembunyi-sembunyi itu pun dilakukan di luar rumah, pertemuan pertama menyisakan rasa penasaran yang menggelitik kalbu. Syetan pun tak tinggal diam. Ia dengan gencar menggoda untuk bertemu yang kedua kali dan seterusnya. Bahkan dengan terang-terangan datang/apel ke rumah. Sebagaiman yang dikatakan oleh seorang penyair:

Berawal dari pandangan, lalu senyuman
Kemudian salam, disusul pembicaraan
Lalu berakhir dengan janji dan pertemuan.

Syetan dan iblis pun tertawa lebar. Mereka terus mengipasi api asmara yang sedang membara hingga membakar keduanya. Kemudian kedua sejoli terlena melanggar arena terlarang dan menjamah sutra haram, wal iyadzubillah. Akhirnya banyak wanita remaja yang menjadi mangsa panas asmara. Mereka benar-benar menjadi korban permainan api cinta.

Anak-anak ABG, bahkan yang telah dewasa sekalipun dengan mudah terjebak dalam kubangan lumpur kehinaan semacam ini. Apalagi kalau sudah tidak memiliki filter agama yang kuat. Maka pada ahirnya hubungan bebas oleh dua pasangan yang belum semestnya, semakin mudah dilakukan. Akibatnya adalah aib, kehormatan melayang, serta suramnya masa depan.

Maka, wahai para pemuda dan pemudi, para orang dewasa dan orang tua, renungkanlah secara mendalam akan bahaya dari racun asmara dan virus pulsa serta khalwah elektronik!

PENANGKAL RACUN DAN VIRUS PULSA ASMARA
Berikut ini saya akan mencoba memberikan beberapa solusi agar racun da nvirus pulsa tidak mudah menyerang diri kita dan keluarga. Ini beberapa resep penangkalnya, semoga dapat membantu kita:

1. Membentengi keluarga dengan aqidah yang shahih dan akhlak mulia. Jangan bosan dan menyerah untuk mengajak keluarga menuntut ilmu syar'i dan mengamalkannya.
2. Tanamkan kepada keluarga bahwa pergaulan bebas adalah jerat-jerat syetan yang bahaya da nkerugiannya nyata di dunia, dan adapun di akhirat akan mendapat adzab Allah yang sangat pedih.
3. Para orang tua hendaknya bijaksana dalam memenuhi peermintaan anak-anaknya yang merengek minta dibelikan HP atau komputer multimedia. Karena dari dua media tersebut sangat mudah virus-virus itu menyebar. Gambar dan film porno, komunikasi bebas, akan dengan mudah didapatkan dan dijalin melalui media ini.
4. Hendaknya mendampingi dan mengawasi ketika anak menggunakan jaringan internet.
5. Jangan letakkan komputer multimedia di kamar pribadi anak. Usahakan komputer diletakkan di ruang keluarga yang mudah diawasi penggunaannya.
6. Usahakan agar anak-anak tidak memliki HP. Kalau si anak memang perlu untuk dibawa keluar lebih baik dipinjami milik orang tua.
7. Kalau memang harus membelikan HP kepada anak maka hendaknya dibelikan sesuai dengan kebutuhan yang utama.
8. Para pemuda dan pemudi yang sudah siap menikah, hendaknya bersegera. Jangan ditunda! Jangan ciptakan ruang untuk berpacaran.
9. Para orang tua hendaknya mendukung keinginan anak-anaknya yang menyatakan sudah sanggup untuk menikah.
10. Mengawasi teman bergaul anak-anak kita dan bersikap selektif dalam memilihkan teman bergaul untuk mereka. Jangan biarkan mereka keluar rumah tanpa kontrol apalagi keluar dengan teman lawan jenis.

cerita cinta 17

Suatu kali seorang teman bertanya
kepada saya:

“ ada 2 pilihan untukmu.

1.

Menikah dengan orang yang kau
cintai
2.

mencintai orang yang kau nikahi

Mana yang kau pilih?”

Saat itu spontan saya memilih yang
kedua: mencintai orang yang saya nikahi (menikahi saya).

“Kenapa?”

Hhm… iya ya, kenapa?



Sebab jodoh adalah hal yang pasti,
meski masih menjadi misteri bagi orang-orang yang belum menemukannya.
Sedangkan mencintai adalah hal yang berbeda. Mencintai seseorang saat
belum ada hak atasnya, bagaikan menggenggam bara. Jika Allah berkenan
menjadikannya pendamping seumur hidup, maka bara itu akan menjelma
menjadi energi untuk meciptakan kebersamaan yang indah. Tetapi, jika
Allah tidak berkenan mempersatukan, bara itu akan membakar, dan bisa
jadi menghanguskan diri sendiri.



Lebih dari itu, pilihan kedua rasanya
lebih aman dari berbagai penyakit hati, yang bisa jadi mengotori niat
suci menikah karena Allah.



Itu jawaban saya saat itu. Tetapi,
beberapa jenak setelah itu, saya termenung, mencoba berfikir lebih
dalam dan menyelami jauh ke dalam lubuk hati. Lalu, saya pun
meneruskan pertanyaan itu ke temen saya yang lain.


Dan dia menjawabnya sama dengan jawaban
saya.



Tetapi, saya ragu atas jawaban itu,
benarkah begitu?

Pilihan pertama, menikah dengan orang
yang saya cintai, mengalirkan energi dan semangat untuk meraih
sesuatu yang menjadi dambaan hati. Dan tentu adalah hal yang sangat
menyenangkan bisa berdampingan dengan orang yang dicintai, tidak ragu
mengumumkannya kepada public, tidak malu mengekspresikannya, sebab
cinta itu sudah dilegalkan.



Pilihan kedua, mencintai orang yang
saya nikahi, hhmm… pasrah, menerima nasib. Ah tidak, saya
menterjemahkannya menjadi bentuk syukur kepada-Nya. Sebab apa yang
telah Allah pilihkan untuk kita, tentu itulah yang terbaik. Maka,
kenapa tidak memaknai rasa syukur itu dengan mengupayakan cinta,
menumbuhkan dan merawatnya.

Bukankah jika saat ini saya mencintai
seseorang (padahal belum ada hak saya atasnya), itu tidak tumbuh
begitu saja? Ada masa-masa, ada hal-hal, ada peristiwa yang membuat
saya mencintainya. Lalu, kenapa hal-hal itu tidak bisa ditumbuhkan
kepada orang yang sudah Allah pilihkan untuk saya?

Tetapi, sekali lagi, betapa
menyenangkan jika yang pertamalah yang menjadi pilihan, menikah
dengan orang yang saya cintai, sebagaimana Fathimah yang menikah
dengan Ali, sebagaimana Khadijah yang menikah dengan Muhammad.

Tetapi, kalaupun akhirnya Allah
memilihkan orang yang lain, maka pilihan kedua pun bukan hal yang
tidak menyenangkan. Tidak ada yang tidak mungkin. Sebab cinta memang
harus diupayakan.


* Apa cinta harus di upayakan ??

PUISI : TENTANG CINTA, PADA TIADA

Kesaksian luka itu

sudah lama kita kemas

dalam senyap hati

juga pada mendung langit

yang kian ranum menurunkan gerimis

kita menyimpan rasa itu rapat-rapat

sembari menatap nanar

senja turun perlahan di ufuk

menghayati setiap jejak merah saga yang ditinggalkannya

bagai menyaksikan semua impian kita

yang luruh perlahan oleh derap waktu

serta tetes rindu yang menghias disisinya

seumpama ornamen lusuh, meleleh dalam diam

“Kita tengah bercakap tentang cinta, pada tiada,” katamu lesu

dan desir angin membawa tinggi ucapmu

bersama pekik camar yang terbang limbung

ke selarik pelangi di batas cakrawala

Aku termangu dan memandang bening matamu

dimana ada lelah dan kegetiran disana

dimana genangan kenangan kita

larut pada sajak yang kupahat

dalam pilu tak terungkapkan

special for you

Hujan....

mengantar memory Q ke masa lalu....
mengingatkan Q pada satu wajah yang penuh cinta dan penuh kasih...
Ibu...
kasih sayang mu penuh dgn kehangatan...
berlapis kesalahan Q padamu,
Berulang kali Q buat kau menangis oleh sifatku,
namun...
lautan maaf mu untukku...
Ibu...
bagai di hempas gelombang ,
bagai tersapu angin ,
bagai jatuh kedalam palung rasanya saat kau jauh...
disini Q rindu saat sholat berjamaah,
Rindu saat kau kecup kening dan kedua pipiku,
rindu saat kita tertawa ,
rindu akan belai hangatmu kala membangunkanku dari tidur...
Ibu...
sedang apa gerangan kau di sana...
Q ridu akan perhatian-perhatianmu...
Q rindu saat ku manja ingin di suapi,
Q rindu akan pelukan hangatmu,
Q rindu saat kita berbagi cerita...
Q rela jika kau jadikan aku badutmu jika itu membuatmu tertawa lepas lagi...
Q tak ingin membuatmu menangis lagi... aku menyesal Ibu...
Ibu... Q rindu....

Hanya untuk ibu

Ibu...
harta di dunia ini
tak kan mampu tuk membayar pengorbananmu unutkku selama ini..
Ibu...
senyummu adlah semangat bagiku...
kekuatan dari setiap langkahku...
cahaya di setiap hariku...
ibu...
ku rangkai kata seindah mungkin hanya untukmu,
karna kau yang paling istimewa..

kutulis ini untuk Tuhan
agar Tuhan tau bahwa Q ingin membalas kasih mu..
lalu Ia berikan ku prisma
aku bingung Bu...
tapi tuhan berkata
tancapkan prisma itu di hatimu
agar setiap kau menerima satu kebaikan
kau mampu mengubahnya menjadi tujuh warna...

aq sayang ibu

Saat ku goreskan pena di atas kertas , tak ada satu hurufpun dari A sampai Z yang mampumenggambarkan cinta kasihku padamu ibu...

ku hanya mampu ungkapkan seluruh curahan hati untukmu yan selama ini tersimpan di dalam hati... 17 tahun lalu saat kau lahirkan Aku dari rahimmu dangan berlumuran asa... Bumipun turut mengakui bahwa engkaulah malaikat sejati yang dengan rela melindungiku meski mengorbankan separuh nyawa mu untukku... Kini... seiring perjalanan waktu bidadari kecilmu ini tlah tumbuh dewasa untuk menatap dunia,.. namun.. tetaplah di sampingku Ibu... karna Q akan rapuh tanpamu... Bu... Q tak peduli pada gelar "Anak Mami" yang mereka berikan padaku, karna bagiku hal iti menunjukan bahwa Q sangat dekat dengan mu... Karna itu jangan heran bila Q masih ingin di manja walau usiaku kini tak lagi kanak-kanak ... Q yang selalu ingin habiskan waktu berdua denganmu, saat senda gurau, saat Q membangunkanmu dari tidur siangmu hanya karna Q ingin mendengar suaramu saat Q pulang kerumah... Rasanya Q ingin menjadi pusat perhatianmu Ibu... Sungguh Q sayang Ibu...

Terimakasih atas seluruh untaian kasih sayang yang selama ini tercurah darimu... Atas rangkaian Doa tulus yang kau senandungkan untukku...
Bu... dikala Q harus bergulat dengan berbagai alat operasi , di saat Q tak lagi berdaya menahan sakit yang ku derita saat di Bandung... SubhanAllah.... kontak batin kita luar biasa hingga Ibu dapat merasakan apa yang Q rasakan... Bahkan setiap Q mulai rapuh dan tak bersemangat menjalani hari-hari ku lagi, hanya kau yang menjadikan Q kuat & tegar tuk hadapi semua ini...

Jujur Bu.. Q sangat bahagia bila mendengar tawa lepasmu menertawai kebodohanku... Q juga senang ketika menjalani segala hal bersamamu, tidur bersama, saat belanja, saat dimarahi karna kenakalanku,,, & Q kan sangat menyesal saat membuatmu menitikan air mata karna ulahku yang terkadang menjadi sosok pembangkang...

Maafkan Q Ibu... segala hal yang membuatmu menangis tak kan pernah ku ulangi lagi... tak akan...

Ibu yang tersayang... Engkau malaikat yang Q kenal , Engkau besarkan Q dengan paket cintamu...Jasamu sungguh tak dapat terbalas... Namun cinta dan sayangku selalu abadi untukmu...

" I Love You MoM !!! "

ABOUT LOVE

Cinta adalah ketika kau menyingkirkan perasaan, napsu, dan romantika dalam persahabatan. Dan menemukan bahwa kau masih peduli pada orang itu. Memberi seseorang seluruh cintamu bukanlah suatu jaminan bahwa seseorang tersebut akan mencintaimu kembali! Jangan mengharapkan cinta kembali! Hanya tunggulah, cinta itu akan tumbuh dalam hatinya, tapi jika hal itu tidak terjadi, tampunglah cinta itu akan tumbuh dalam dirimu.

Hanya butuh 1 menit untuk dapat suka dengan seseorang, hanya butuh 1 jam untuk menyukai seseorang dan 1 hari untuk mencintai seseorang tapi butuh waktu seumur hidup untuk melupakan seseorang. Pergilah untuk seseorang yang membuatmu tersenyum karena hanya butuh senyuman untuk membuat hari yang gelap terlihat terang.

Ada masanya dalam hidup ketika kamu merasa sangat merindukan seseorang dan kamu berharap dapat mengambil dia dari mimpimu dan memeluknya dalam kehidupan nyata! Bermimpilah apa yang kamu ingin mimpikan, pergilah kemana kamu ingin pergi, jadilah apa yang kamu ingini karena kamu hanya mempunyai satu kehidupan dan satu kesempatan untuk melakukan semua hal yang kamu ingin lakukan.

Selasa, 21 Juli 2009

Cinta Adalah

Sebuah kelompok profesional mengadakan kuisioner kepada
sekelompok anak berusia 4-8 tahun dengan memberi pertanyaan “Apa Arti Cinta?”
Tujuannya adalah melihat “arti cinta” dari perspektif seorang bocah. Sungguh
mengejutkan, ternyata jawaban-jawaban mereka lebih “dalam” dari yang peneliti
bayangkan.





“Ketika nenek saya kena arthritis, dan dia tidak dapat
menekuk kakinya, sehingga dia tidak dapat mengecat kuku kakinya. Lalu kakek
saya yang melakukan itu (mengecat kuku kaki nenek), meski tangannya menderita
arthritis juga. Itulah cinta.”





“Ketika seseorang mencintai kamu, cara mereka menyebut
namamu sungguh beda. Kamu hanya merasa nyaman ketika namamu disebutnya.”






“Cinta adalah saat seorang gadis memakai parfum & anak
laki-laki pakai cologne dan mereka
pergi bersama-sama sambil saling mencium aroma masing-masing.”





“Cinta adalah ketika kamu pergi untuk makan di luar &
memberi seseorang French fries dalam
jumlah banyak tanpa membuat mereka memberimu makanan mereka.”





“Cinta adalah yang membuatmu tetap tersenyum meski kamu
sedang lelah.”





“Cinta adalah ketika Ibu membuat kopi untuk Ayah dan
mencicipinya sedikit untuk memastikan rasanya OK.”





“Bila kamu ingin belajar untuk mencintai dengan lebih baik,
mulailah dengan mencintai teman yang kamu benci.”




“Cinta adalah ketika kamu beritahu seorang anak laki-laki
kalau kamu suka kausnya, lalu dia memakainya tiap hari.”





“Cinta seperti seorang wanita tua & lelaki tua yang
tetap bersahabat sampai tua meski mereka sudah tahu kelebihan &
kekurangannya satu sama lain.”




“Dalam sebuah pementasan piano, aku berada di tengah
panggung & merasa takut. Aku lihat semua orang melihatku kemudian aku lihat
Ayahku melambai & tersenyum kepadaku. Ayahku hanya satu-satunya orang yang
melakukannya. Lalu aku tidak merasa takut lagi.”



“Ibuku mencintaiku lebih dari siapapun. Kamu tidak akan
melihat orang lain menciumku sebelum tidur seperti Ibuku melakukannya.”





“Cinta adalah saat Ibuku memberi Ayah sepotong ayam yang
terbaik.”





“Cinta adalah saat Ibu melihat Ayah berkeringat & bau
sekali, lalu berkata kalau Ayah masih lebih ganteng dari Brad Pitt,”





“Cinta adalah saat anjingmu dengan gembira menyambutmu meski
kamu meninggalkannya seharian.”





“Aku tahu kakakku mencintaiku karena dia memberiku semua
baju bekasnya & pergi untuk membeli yang baru.”





“Ketika kamu mencintai seseorang, bulu matamu naik turun,
dan bintang-bintang kecil keluar dari dirimu.”





Dan yang terakhir. Penulis yang sekaligus dosen Leo
Buscaglia pernah berbicara tentang sebuah kontes dimana dia diminta sebagai
juri. Tujuan kontes itu adalah mencari “Anak Paling Peduli”



Pemenangnya adalah seorang bocah lelaki berusia 4 tahun yang bertetangga dengan
seorang pria yang baru saja kehilangan istrinya.



Saat melihat pria ini menangis, si bocah menuju halaman si tetangga, memanjat
pagar pendeknya, dan duduk disamping pria itu.





Ketika ibunya bertanya apa yang dia katakan ke tetangganya
itu, bocah itu menjawab,



"Tidak ada. Aku hanya menemaninya menangis."


***



Ketika tidak ada yang lain selain Tuhan, saat itulah kamu temukan bahwa hanya
Tuhan-lah yang kamu butuhkan.


Bagaimana cinta menurut Anda?

Ayah Itu Menakjubkan

Ayah ingin anak-anaknya punya lebih
banyak kesempatan daripada dirinya, menghadapi lebih sedikit
kesulitan, lebih tidak tergantung pada siapapun - dan (tapi) selalu
membutuhkan kehadirannya.

Ayah hanya menyuruhmu mengerjakan
pekerjaan yang kamu sukai.
Ayah membiarkan kamu menang dalam
permainan ketika kamu masih kecil, tapi dia tidak ingin kamu
membiarkannya menang ketika kamu sudah besar.
Ayah tidak ada di
album foto keluarga, karena dia yang selalu memotret.



Ayah selalu tepat janji!
Dia akan
memegang janjinya untuk membantu seorang teman, meskipun ajakanmu
untuk pergi memancing sebenarnya lebih menyenangkan.
Ayah akan
tetap memasang kereta api listrik mainanmu selama bertahun-tahun,
meskipun kamu telah bosan, karena ia tetap ingin kamu main kereta api
itu.

Ayah selalu sedikit sedih ketika melihat anak-anaknya
pergi bermain dengan teman-teman mereka.karena dia sadar itu adalah
akhir masa kecil mereka.

Ayah mulai merencanakan hidupmu
ketika tahu bahwa ibumu hamil (mengandungmu), tapi begitu kamu lahir,
ia mulai membuat revisi.
Ayah membantu membuat impianmu jadi
kenyataan bahkan diapun bisa meyakinkanmu untuk melakukan hal-hal
yang mustahil, seperti mengapung di atas air setelah ia
melepaskanya.

Ayah mungkin tidak tahu jawaban segala sesuatu,
tapi ia membantu kamu mencarinya.
Ayah mungkin tampak galak di
matamu, tetapi di mata teman-temanmu dia tampak lucu dan
menyayangi.
Ayah sulit menghadapi rambutnya yang mulai
menipis....jadi dia menyalahkan tukang cukurnya menggunting rambutnya
terlalu banyak di puncak kepala

Ayah akan selalu memelihara
janggut lebatnya, meski telah memutih, agar kau bisa "melihat"
para malaikat bergelantungan di sana dan agar kau selalu bisa
mengenalinya.
Ayah selalu senang membantumu menyelesaikan PR,
kecuali PR matematika terbaru.
Ayah lambat mendapat teman, tapi
dia bersahabat seumur hidup
Ayah benar-benar senang membantu
seseorang... tapi ia sukar meminta bantuan.
Ayah terlalu lama
menunda untuk membawa mobil ke bengkel, karena ia merasa dapat
memperbaiki sendiri segalanya.

Ayah di dapur. Membuat memasak
seperti penjelajahan ilmiah.
Dia punya rumus-rumus dan formula
racikannya sendiri, dan hanya dia sendiri yang mengerti bagaimana
menyelesaikan persamaan-persamaan rumit itu.
Dan hasilnya?...
.mmmmhhh..." tidak terlalu mengecewakan" ^_~

Ayah
akan sesumbar, bahwa dirinyalah satu- satunya dalam keluarga yang
dapat memasak tumis kangkung rasa barbeque grill. *_~
Ayah mungkin
tidak pernah menyentuh sapu ketika masih muda, tapi ia bisa belajar
dengan cepat.

Ayah sangat senang kalau seluruh keluarga
berkumpul untuk makan malam, walaupun harus makan dalam remangnya
lilin karena istrik padam.
Ayah paling tahu bagaimana mendorong
ayunan cukup tinggi untuk membuatmu senang tapi tidak takut.

Ayah
akan memberimu tempat duduk terbaik dengan mengangkatmu dibahunya,
ketika pawai lewat.
Ayah tidak akan memanjakanmu ketika kamu
sakit, tapi ia bersedia tidak tidur semalaman, siapa tahu kamu
membutuhkannya.



Ayah menganggap orang itu harus berdiri
sendiri, jadi dia tidak mau memberitahumu apa yang harus kamu
lakukan, tapi ia akan menyatakan rasa tidak setujunya.
Ayah
percaya orang harus tepat waktu, karena itu dia selalu lebih awal
menunggumu di depan rumah dengan sepeda tuanya, untuk mengantarkanmu
dihari pertama masuk sekolah.

AYAH ITU MURAH HATI.....
Ia
akan melupakan apa yang ia inginkan, agar bisa memberikan apa yang
kamu butuhkan.
Ia membiarkan orang-orangan sawahmu memakai sweater
kesayangannya
Ia membelikanmu lollipop merk baru yang kamu
inginkan, dan ia akan menghabiskannya kalau kamu tidak suka
Ia
menghentikan apa saja yang sedang dikerjakannya, kalau kamu ingin
bicara

Ia selalu berpikir dan bekerja keras untuk membayar
SPPmu tiap semester, meskipun kamu tidak pernah membantunya
menghitung berapa banyak kerutan di dahinya....
Bahkan dia akan
senang hati mendengarkan nasehatmu untuk menghentikan kebiasaan
merokoknya.. ..
Ayah mengangkat beban berat dari bahumu dengan
merengkuhkan tangannya
disekeliling beban itu....

Ayah akan
berkata,”Tanyakan saja pada ibumu" ketika ia ingin berkata
“tidak"
Ayah tidak pernah marah, tetapi mukanya akan sangat
merah padam ketika anak gadisnya menginap di rumah temannya tanpa
izin
Dan dia pun hampir tidak pernah marah, kecuali ketika anak
lelakinya kepergok menghisap rokok dikamar mandi.
Ayah
mengatakan,”Tidak apa-apa mengambil sedikit resiko asal kamu
sanggup kehilangan apa yang kamu harapkan."

Pujian
terbaik bagi seorang ayah adalah ketika dia melihatmu melakukan
sesuatu persis seperti caranya....
Ayah lebih bangga pada
prestasimu, daripada prestasinya sendiri....
Ayah hanya akan
menyalamimu ketika pertama kali kamu pergi merantau meningalkan
rumah, karena kalau dia sampai memeluk mungkin ia tidak akan pernah
bisa melepaskannya.

Ayah mengira seratus adalah tip.
Seribu
adalah uang saku.
Gaji pertamamu terlalu besar untuknya.


Ayah tidak suka meneteskan air mata
....
Ketika kamu lahir dan dia mendengar kamu menangis untuk
pertama kalinya,dia sangat senang sampai-sampai keluar air dari
matanya (ssst..tapi sekali lagi ini bukan menangis!)

Ketika
kamu masih kecil, ia bisa memelukmu untuk mengusir rasa takutmu
ketika kau mimpi akan dibunuh monster...
Tapi, ternyata dia bisa
menangis dan tidak bisa tidur sepanjang malam, ketika anak gadis
kesayangannya di rantau tak memberi kabar selama hampir satu
bulan.

Kalau tidak salah Ayah pernah berkata,"Kalau kau
ingin mendapatkan pedang yang tajam dan berkualitas tinggi, janganlah
mencarinya dipasar, apalagi tukang loak, tapi datang dan pesanlah
langsung dari pandai besinya. Begitupun dengan cinta dan teman dalam
hidupmu,jika kau ingin mendapatkan cinta sejatimu kelak, maka minta
dan pesanlah pada Yang Maha Menciptakan."

Untuk masa
depan anak lelakinya Ayah berpesan,”Jadilah lebih kuat dan tegar
daripadaku, pilihlah ibu untuk anak-anakmu kelak wanita yang lebih
baik dari ibumu. Berikan yang lebih baik untuk menantu dan
cucu-cucuku, daripada apa yang yang telah kuberikan padamu."

Dan
untuk masa depan anak gadisnya ayah berpesan," Jangan cengeng
meski kau seorang wanita, jadilah selalu bidadari kecilku dan
bidadari terbaik untuk ayah anak-anakmu kelak! Carilah laki-laki yang
lebih bisa melindungimu melebihi perlindungan Ayah, tapi jangan
pernah kau gantikan posisi Ayah di hatimu."

Ayah
bersikeras, bahwa anak-anakmu kelak harus bersikap lebih baik
daripada kamu dulu
Ayah bisa membuatmu percaya diri karena ia
percaya padamu
Ayah tidak mencoba menjadi yang terbaik, tapi dia
hanya mencoba melakukan yang terbaik
Dan terpenting adalah...
Ayah
tidak pernah menghalangimu untuk mencintai Tuhan, bahkan dia
akan
membentangkan seribu jalan agar kau dapat menggapai cintaNya,
karena
diapun mencintaimu karena cintaNya.

Ternyata ayah
itu benar-benar MENAKJUBKAN. Sayangilah Ayahmu juga Ibumu.

Fakta-Fakta Aneh Dari Kerajaan Saudi

Saudi Arabia mengalir dengan riak tenang yang mempunyai gelombang besar di dalamnya, dan ditutup dengan arus kecil, seolah-olah semuanya baik-baik saja. Dibandingkan dengan negara-negara Arab lainnya, dari segi apapun, Saudi aman terkendali. Pemasukannya per tahun terus meningkat, atau paling tidak cenderung stabil, dan untuk beberapa puluh tahun ke depan, mereka tak akan terpengaruh dalam perangkap krisis ekonomi global. Jamaah haji yang sudah dipastikan membanjir bagai air bah setiap tahun merupakan salah satu jaminan besar, selain juga kekayaan minyak bumi yang berlimpah. Hingga tak heran, anak muda Saudi mayoritas berpikiran tak perlu harus bekerja keras atau belajar dengan susah payah.

Toh semua itu tak menyembunyikan gejolak yang semakin panas di negara itu. Di satu sisi, para pemuda Saudi telah sedikit berani membuat riak-riak kecil. Mereka telah sadar bahwa selama ini, sejak bertahun-tahun lamanya, raja mereka — siapapun yang sedang berkuasa — telah mengebiri gerakan dan perkembangan Islam yang justru mereka lihat di negara-negara lain.

Ada ketertarikan yang besar pada sebagian pemuda Saudi untuk belajar mengenal gerakan Islam. Di negara itu, bayangkan, kerumunan lebih dari 10 orang akan selalu menjadi masalah. Apalagi di dalam masjid. Pada awalnya, para pemuda ini masih mau mengunjungi ulama-ulama yang mereka percayai seperti Shaykh 'Ali al-Khudhayr, Shaykh Nasir al-Fahd dan Shaykh Ahmad al-Khalidi. Namun seiring perkembangan yang cenderung makin membesar, maka semua ulama itu dibekuk pemerintah, dan dijebloskan ke dalam penjara dengan waktu yang tidak ditentukan. Dalih penangkapan itu adalah ketiga ulama ini merupakan pentolan kelompok Al-Muwahhidden, yang mempunyai banyak persenjataan dan bom. Para Syeh ini sampai detik terakhir mereka diringkus, membantah tuduhan tersebut.

Para pemuda Saudi berada dalam ketakutan dan kebingungan pada waktu yang bersamaan. Mereka sama sekali tidak mempunyai pengalaman menghadapi opresi penguasa. Otomatis mereka tidak lagi mempunyai tempat yang layak untuk bertanya. Mereka ketakutan karena peristiwa penangkapan itu bisa terjadi pada mereka. Bingung karena tak ada pula pengalaman terhadap konspirasi besar.

Mengapa Saudi sangat membatasi gerakan-gerakan Islam bahkan boleh dibilang memberangusnya? Ada beberapa fakta yang menarik untuk disingkap:

1. Rezim Saudi, seperti juga sebagian besar negara-negara Arab lainnya, adalah pemerintahan yang menyatukan antara yang benar (haqq) dan salah (batil). Aspek Haqq Saudi hanya bisa kita lihat dari simbol-simbol yang mereka pakai; bendera Saudi, klaim negara Islam, dan penerapan Syariah. Namun, di balik itu sebenarnya Saudi juga tak berbeda dengan negara sekuler lainnya.

2. Beberapa tahun sebelumnya, Saudi menggandeng Inggris untuk sama-sama memberantas gerakan Ikhwan di negaranya itu. Seorang anggota kerajaan pernah mengungkapkan hal ini. Sekarang, bukan rahasia lagi kalau Saudi akrab dengan AS. AS sudah dijadikan sebagai pelindung Saudi.

3. Komite Tetap Saudi (al-Lajnah ad-Da'imah) mengeluarkan fatwa: “Siapapun yang tidak membedakan antara Yahudi dan Kristen dan orang kafir lainnya dengan bangsa Muslim kecuali karena kebangsaannya, dan menganggap semua penguasa sama, maka dia adalah kafir.” Sebuah fatwa yang sesungguhnya membuat banyak orang berkerut dahi, namun efektif dalam meredam masyarakat Saudi. Karena, bukankah pemerintah Saudi sendiri persis seperti itu?

4. Perempuan Saudi tidak boleh menikah dengan laki-laki yang bukan dari Saudi. Dan seorang laki-laki Saudi tidak boleh menikah di luar Saudi kecuali sudah memenuhi persyaratan umur. Sebuah peraturan yang dibuat-buat karena Islam sendiri tidak "cupet" seperti ini.

5. Ribuan orang terbantai di negara-negara Muslim di wilayah Arab, tapi apa yang dilakukan oleh pemerintah dan rejim Saudi? Tidak ada. Rezim Saudi hanya menyuruh para Syeikh-nya untuk berdoa untuk umat Islam, dan masyarakatnya dianjurkan untuk mengumpulkan dana bantuan yang disebarkan ke seluruh dunia, utamanya untuk pembangunan masjid. Maka jangan heran, jika di sebuah pelosok terpencil di Indonesia misalnya, bisa ada sebuah masjid besar yang megah dengan tulisan di peresmiannya: "Sumbangan dari (kerajaan) Saudi..."

6. Saudi membangun hubungan diplomatik dan non-diplomatik dengan negara-negara yang jelas telah membantai umat Islam dalam jumlah yang luar biasa banyak. Dalam hal ini yang mempunyai hubungan harmonis dengan Saudi adalah India, Russia, Filipina, Amerika (tentu saja!), Cina, dan Israel.

7. Amerika mempunyai basis militer di Saudi, dan pemerintah Saudi melarang rakyatnya yang mendoakan keburukan untuk Amerika di masjid-masjid di negara itu.

8. Rezim Saudi juga membantu dan mendirikan saluran-saluran TV yang banyak sekali saat ini. Selain TV, mereka juga membantu pendanaan media-media internasional.

9. Keluarga kerajaan Saudi tidak boleh dihina oleh siapapun. Jika ada yang melakukannya, maka akan dikenakan hukuman yang berat, bahkan dihukum mati. Tapi pemerintah Saudi tidak peduli kepada para pelaku yang menghina Allah dan agamaNya. Misalnya saja, seorang Saudi zindiq, Turki al-Hamd menulis sebuah buku berjudul “al-Karadeeb” dan di dalamnya terdapat kalimat “Jadi, Allah dan setan adalah dua wajah dengan satu penemuan”, tidak dikenakan hukuman apapun, dan bukunya yang penuh dengan cerita kekafiran beredar bebas di negara itu.

Berawal dari Membaca

Penulis yang baik, adalah pembaca yang baik. Kamu punya hobi
membaca? Berbahagialah. Karena syarat menjadi penulis salah satunya
adalah banyak membaca. Dengan membaca, kita jadi tahu segalanya. Hal
yang sebelumnya menjadi misteri, tapi setelah membaca, kita jadi ngeh.
Membaca akan membuka wawasan kita tentang segala hal. Menyenangkan
sekali memang. Waktu SD saja, saya senang betul bisa membaca buku-buku
pelajaran, buku cerita, komik, bahkan ‘nekat’ membaca koran. Dengan
semakin banyak membaca, semakin besar rasa ingin tahu kita. Nggak
mengherankan jika kemudian kita selalu ketagihan untuk membaca. Jadi,
silakan baca buku apa saja, selama kamu sanggup untuk membacanya.
Selama matamu masih melek (kalo tidur kan nggak bisa baca. Gubrak!)

Di Amerika, menurut Pak Ade Armando saat mengisi acara Lunching
MRI Permata beberapa tahun yang lalu, ia menyebutkan bahwa hampir
sejuta judul buku terbit tiap tahunnya. Itu menunjukkan bahwa minat
baca di sana sangat besar. Di Jepang juga sama, seorang teman pernah
memberi kabar, bahwa koran terbesar di sana, setiap hari bisa terbit
dengan jumlah oplah 4 kali lebih besar dari jumlah penduduk Jepang itu
sendiri. Apakah mereka mengkoleksi koran tersebut? Nggak tahu pasti.
Tapi keberanian penerbit untuk mencetak sebesar itu, adalah sebuah
prestasi sekaligus menaruh kepercayaan kepada masyarakat. Bahwa,
masyarakat di sana memang ‘gila’ baca.

Banyak
orang besar rata-rata hobi membaca dan mengakui manfaat membaca bagi
kemajuan karirnya. Sebut saja Theodore Roosevelt, ia bahkan sanggup
membaca tiga buku dalam sehari selama di Gedung Putih. John F. Kennedy
juga sama, bahkan ia disebutkan sanggup membaca 1000 kpm (kata per
menit). Bisa dibayangkan, berarti dalam satu jam bisa membaca 60 ribu
kata.

Melalui membaca, kita juga jadi tercerahkan. Apalagi
sekarang sudah maju banget teknologi mesin cetak, hingga informasi bisa
didapatkan dengan mudah sampe ke pelosok desa. Teknologi informasi yang
juga ikut membidani lahirnya internet semakin membantu masyarakat
mendapatkan informasi yang banyak. Inilah yang disebut sebagai ledakan
informasi. Hasilnya, ambil contoh di desa, para petani yang rajin
mendapatkan informasi, salah satunya dengan membaca, lebih maju dalam
menggarap sawahnya atau hasil kebunnya. Ia tak lagi menarik bajak
dengan menggunakan sapi atau kerbau. Sapi dan kerbau amat lamban. Ia
beralih ke mesin traktor. Membaca, memang bermanfaat banget.

Banyak
penulis besar, juga pasti berawal dari kebiasaannya membaca. JK
Rowling, penulis novel terkenal, Harry Potter, nggak mungkin bisa
mengekspresikan seluruh isi tulisannya jika tidak membaca sebelumnya,
sehingga ia menjadi tahu kapan menumpahkan rasa marah dalam sebuah
tulisannya, kapan menuliskan kekaguman, dan bagaimana caranya bisa
menggiring pembacanya supaya bisa memahami tulisannya. JK Rowling pun
konon kabarnya terinspirasi dari penulis besar sebelumnya. Kalo nggak
salah, karya-karya JRR Tolkien juga sempat menjadi bacaannya. Ernest
Hemingway bisa ngetop dengan novel-novelnya juga karena getol membaca.
Mantan Presiden Sukarno, juga terkenal rajin membaca. Itu sebabnya,
beliau bisa menuangkannya kembali dalam beberapa buku yang berhasil
ditulisnya.

Kalo kamu nggak cukup buku untuk dibaca, silakan
kunjungi perpustakaan. Atau paling banter datang ke toko buku. Meski
kamu nggak beli satu buku pun, kamu bisa membaca buku baru yang
dipajang tanpa segel. Silakan dibaca, siapa tahu ada informasi menarik
yang bisa kamu dapatkan. Menyenangkan sekali bukan? Saya punya
pengalaman menarik tapi sedikit memalukan. Hihihi.. nggak ding, bukan
memalukan, tapi nekatz. Begini ceritanya, saya jalan-jalan ke
toko buku. Ini memang sering juga saya lakukan untuk mencari informasi
terbaru. Kalo ada uang di kantong, dan buku menarik itu bandrolnya
nggak bikin kantong bolong, saya bisa beli langsung. Tapi waktu itu
benar-benar kepepet.

Setelah mikir-mikir, sayang juga kalo
kesempatan membaca buku itu hilang begitu saja. Akhirnya, dipicu oleh
saking pengennya dapat informasi dari buku menarik itu, dan kebetulan
buku yang dipajang itu tanpa segel, saya baca agak lama (tapi nggak
sampe lecek sih). Nah, begitu ada data menarik, dan saya harus
mendapatkannya, saya sempat bingung. Tapi kemudian dapat ‘ide nakal’.
Saya ambil pulpen dan blocknote yang selalu standby
di saku baju saja. Setelah celingukan sebentar, saya langsung menyalin
beberapa bagian penting dari buku menarik tersebut. Untung, sampe
selesai nyalin penjaga tokonya nggak nyamperin saya. Ya, seandainya
punya banyak uang, atau semua buku itu murah harganya, kayaknya menarik
juga untuk dikoleksi. Prinsip sederhananya sih: Nggak sempat baca
sekarang, kan masih bisa esok hari. Pokoknya banyak baca deh. Reading never ending kali ye? (bener nggak tuh gramatikanya? Halah!)

Terus
terang saja, saya sendiri bisa menulis buku, setelah banyak membaca.
Saya bahkan tidak bisa menuliskan satu kalimat pun saat belum ada
informasi tentang apa yang akan saya tulis. Membaca adalah kemungkinan
paling besar untuk mendapatkan informasi (selain mendengar tentunya).
Membaca memang akan memperkaya wawasan. Manfaatnya besar banget lho.
Jadi jika ingin jadi penulis, mulailah dengan membaca. Sebanyak
mungkin, bacaan apapun (fiksi dan nofiksi). Selamat mencoba.

Salam,




ADE.FIRMAN HARIYONO

9 Langkah untuk Menulis Buku

Assalaamu'alaikum wr wb.

Teman-teman, ini sekadar sharing aja dari saya. Semoga ada
manfaatnya. Bagi yang punya tips lain, silakan tulis saja di sini,
supaya lebih banyak inspirasi yang bisa diambil dan dimanfaatkan oleh
siapa pun. Berikut beberapa tips dari saya untuk menulis buku:

===

9 Langkah singkat untuk penulisan buku: (sekadar sharing pengalaman saja)

1. Eksplorasi tema yang akan diangkat.
Biasanya kita harus ‘hunting’ fenomena yang sedang hangat dibicarakan.
Atau, bisa juga tema ‘abadi’ seperti masalah cinta. Tapi, kita coba
bahas dari sudut pandang lain. Meski nilainya Islam, tetapi ‘rasanya’
khas: bahasa, metode penyampaian, segmentasi pembaca, dan solusi
praktis/sistemik.
2. Setelah tema kita genggam. Langkah kedua adalah menentukan judul
yang kira-kira menarik. Usahakan judul untuk buku nonfiksi, ‘cuma’
terdiri dari 3 kata. Maksimal boleh 4 kata. Selain menarik, juga hemat
kata. Simple deh. :-)
3. Membuat outline.
Ini diperlukan supaya pembahasan tidak melebar ke mana-mana. Pagari
dengan beberapa bab yang mungkin untuk dibuatkan tulisannya. Jumlah bab
bergantung kepada berapa banyak materi yang akan kita kupas habis dalam
satu buku tersebut. Contohnya bisa lihat buku-buku yang sudah ada.
Simak bagaimana para penulis itu menuangkan gagasannya dalam sebuah
buku. Khusus untuk buku JNC, saya dan Iwan cuma butuh 4 bab. Itu pun
terdiri dari 4 ide pokok; filosofi cinta, fakta perwujudan cinta,
bagaimana mengendalikan cinta, dan solusi akhir dari ‘masalah’ cinta.
Dan dengan catatan, cinta di sini adalah yang langsung berhubungan
dengan perwujudan dari naluri mempertahankan jenis. Masing-masing bab
terdiri dari beberapa tulisan yang memungkinkan untuk dibahas.
Dikelompokkan dengan amat rapi, dan sedetil mungkin sehingga tidak ada
pembahasan yang terlewat. Ini memang relatif, bergantung kepada faktor
si penulis sebagai manusia dan sudut pandang yang dimilikinya selama
ini (ideologis atau tidak).
4. Pastikan dalam pembuatan outline itu terdiri dari formula standar: pemaparan fakta, pembahasan terhadap fakta, dan solusi Islam
(baik praktis maupun sistemik). Arahnya harus sudah jelas. Jika
keroyokan, maka ini kudu sering didiskusikan supaya terjaga alurnya.
Alurnya boleh detil boleh secara global saja. Tapi untuk kedua buku
kami (JJS dan JNC) yang ditulis berdua itu tidak dilakukan karena
kebetulan sudah bisa dipahami alur penulisannya. Bahkan outline yang
dibuat pun langsung fixed jadi daftar isi. Pengalaman yang agak
melelahkan sewaktu membuat buku Yes! I am MUSLIM. Itu buku tebel banget
karena saya ingin jadikan buku itu sebagai masterpiece dari
semua karya saya. Buku itu saya buat dalam waktu setahun. Lambat
banget, tapi waktu setahun itu habis untuk nyari data dan editing.
Sementara nulis mentahnya sendiri selama 1 bulan. Itu pun saya nulis
nggak tiap hari, seminggu paling 3 atau 4 hari dengan durasi maksimal 3
jam.
5. Langkah selanjutnya adalah penelusuran fakta yang akan dijadikan sebagai bahan/data penulisan.
Ini amat penting bagi sebuah buku nonfiksi. Jangankan nonfiksi, buku
fiksi saja harus jelas datanya yang akan digunakan sebagai latar cerita
tersebut. Seakurat mungkin. Sebab, kalo salah ambil fakta atau sekadar
cuap-cuap aja kan nggak mutu istilahnya. Jadi tahapan ini amat penting
dilakukan. Data-data itu bisa didapat dari berbagai sumber; digital dan
nondigital. Saya dan Iwan sejauh ini mengandalkan sourcing
data di internet. Untuk menghemat waktu, pencarian data biasanya saya
dan Iwan mempercayakan kepada seorang kawan yang memang ‘tekun’ banget
dalam penelusuran datanya. Asal diberi batasan dan spesifikasinya insya
Allah bisa berjalan. Kalo pun ada kekurangan di sana-sini, biasanya
kami langsung hunting lagi sebagai pelengkap. Tapi untuk buku
JNC, saya dan Iwan langsung memburu data sendiri. Beda dengan Jangan
Jadi Seleb, karena harus kuat di data, kami menyerahkannya kepada
seorang kawan untuk mengumpulkan bahan-bahan yang kami inginkan.
Enaknya lagi, ‘perpustakaan digital’ yang dimiliki media tempat kami
bekerja (sekarang udah ‘almarhum’, yakni Majalah Permata) udah cukup
memberi kesegaran untuk membuat tulisan lebih berbobot. Catatan:
datanya terdiri dari ‘dalil aqli’ dan ‘dalil naqli’. Jadi, selain data
dari fakta di lapangan, juga data yang sifatnya untuk menguatkan
argumentasi, yakni dari al-Quran, hadits, ijma sahabat, dan juga qiyas.
Tapi yang pasti, tulisan itu kudu ideologis!
6. Setelah data
terkumpul, jika sendiri menulisnya, maka saya biasanya langsung saja
menyusun tulisan (seperti pada buku Jangan Jadi Bebek). Tapi untuk
Jangan Jadi Seleb dan Jangan Nodai Cinta, saya membagi tanggung jawab
penulisan dengan Iwan. Untuk JNC, masing-masing dua bab. Terserah aja
mau pilih yang mana. Tapi karena saya dan Iwan udah tahu karakter
tulisan masing-masing (maklum, sejak tahun 1989 bareng terus dan punya
keterampilan menulis untuk segmen remaja), maka posisi penanggung jawab
utama untuk bab-bab yang sudah dibuatkan outlinenya langsung saya
tentukan; bab 1 dan bab 3 bagian Iwan, sementara bab 2 dan bab 4 saya
yang pegang. Setelah kelar, tukar posisi dalam mengedit. Terakhir, saya
yang edit total dari semua tulisan. Termasuk pengaturan font, footnote
dan kroscek data. Melelahkan memang. Tapi alhamdulillah, hasilnya juga
lumayan. J
7. Selama penulisan, update data terbaru tetap
dilakukan. Supaya terasa hangat terus. Itu dilakukan sampe editing
akhir. Sangat boleh jadi fakta-fakta terbaru akan menggeser data yang
sudah kita buat. Tak masalah, selama memang itu memiliki nilai jual
tinggi sebagai sebuah ide.
8. Jangan lupa, tentukan deadline
penulisan. Kalo nggak, bisa jadi akan molor terus. Bukankah kita perlu
target dan itu harus terukur? Buku JJS kami patok maksimal 3 bulan
(karena sourcing datanya yang agak lama, yakni hampir 2
bulan. Sementara untuk penulisan kami membutuhkan 1 bulan). Untuk JNC
kurang lebih sama. 3 bulan adalah patokan standar kami untuk buku
nonfiksi. Bahkan kalo keroyokan lebih enak lagi. Karena kadang muncul
ide-ide segar dari teman nulis kita. Jadi lengkap kan? Meski tentunya
bukan berarti menulis sendiri tidak bagus, lho. Itu mah bergantung
kepada kreativitas penulisnya.
9. Menerbitkan buku kita. Nah,
kalo udah semua dilakukan, langkah berikutnya adalah ‘mencari’
penerbit. Modal nekat aja. Kirim ke berbagai penerbit secara berurutan
print out dari buku kita. Pokoknya pede. Harus tahu diri juga kalo kita
belum dikenal siapa pun. Ini yang lumayan lama euy. Karena biasanya
naskah ngendon di sana minimal 1 bulan. Maksimal 3 bulan. Bayangkan,
jika satu penerbit menolak, maka mulai lagi dari nol. Di penerbit
kedua, dengan waktu yang kira-kira sama. Wuih, jenuh juga kan
nunggunya? Daripada manyun, akhirnya saya suka ‘iseng’ nyari tema lain
dan siap-siap bikin buku baru. Sekadar tahu saja, buku JJB sudah mampir
di tiga penerbit. Tapi semuanya mengembalikan draft buku tersebut. Tapi
alhamdulillah semangat saya yang menggebu disambut penerbit GIP,
sekarang alhamdulillah jadi buku best seller. Tapi berbeda
jika kita kebetulan udah ‘ngetop’ prosesnya jadi lebih mudah.
Menyenangkan sekali bukan? Bahkan sangat boleh jadi kita akan diuber
beberapa penerbit yang minta naskah ke kita.

Moga-moga tips
singkat ini membuka wawasan dalam menulis buku. Tapi semua yang saya
paparkan tersebut, hanya satu yang harus tetep dijaga agar jangan sampe
padam: MOTIVASI. Tanpa itu, saya kira keinginan hanya sebatas lamunan
saja. Oke deh, jangan berhenti nulis dan tetep semangat!

Salam,



ADE.FIRMAN HARIYONO